Infodigital.co.id

Sarana Menara Bukukan Laba Bersih Rp3,34 Triliun

Dirut Sarana Menara Ferdinandus Aming Santoso. (Dok Sarana Menara)

Jakarta, ID – PT Sarana Menara Nusantara Tbk, emiten jasa konstruksi infrastruktur telekomunikasi dengan kode saham TOWR, melaporkan keuangan perseroan tahun 2024 yang telah diaudit dengan mencatat laba bersih Rp 3,34 triliun.

Kegiatan operasional konsolidasian berhasil mendorong Sarana Menara membukukan pendaatan usaha mencapai Rp12,73 triliun meningkat 8,48% dalam setahun terakhir (year on year/YoY) selama 12 bulan 2024 dari tahun sebelumnya Rp11,74 triliun.

EBITDA juga mencapai Rp10,7 triliun atau tumbuh 7,22% pada 2024. Sementara itu, laba bersih (sesudah minority interest) juga mencapai Rp3,34 triliun, atau meningkat 2,53% YoY dari sebelumnya Rp3,30 triliun.

Group CEO SMN Bapak Aming Santoso mengatakan, pencapaian tahun 2024 mencerminkan keberhasilan manajemen mengelola skala operasional yang lebih besar dalam bisnis-bisnis menara dan nonmenara.

Sarana Menara juga disebutnya  berhasil memanfaatkan kesempatan dalam industri untuk mengonsolidasikan satu portofolio menara PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) yang signifikan sekitar 3.200 menara.

“Keberhasilan ini merupakan milestone yang sangat penting di tengah-tengah konsolidasi industri telekomunikasi dari 4 pihak sebagai operator telekomunikasi sehingga tersisa menjadi 3,” ujar Aming Santoso, dikutip InfoDigital.co.id, Kamis (27/3/2025).

Saat ini, perseroan merupakan penyedia infrastruktur digital independen terbesar di Indonesia dengan memiliki dan mengelola 35.400 menara telekomunikasi serta sekitar 170.000 km jaringan kabel fiber optik di Indonesia.

Manajemen juga sudah melakukan banyak hal untuk meningkatkan serta mempertahankan efisiensi operasional aset-aset perseroan, termasuk aspek efisiensi belanja modal, biaya operasional, biaya permodalan (bunga pinjaman), serta eksekusi berbagai sinergi operasional.

Hal itu pun dapat terlihat dari indikator rasio return on equity (RoE) dan return on investment (RoI) yang defensif masing-masing 18% dan 8%.

Hal tersebut sangat penting agar perseroan dapat melewati masa-masa sulit seperti konsolidasi di industri telekomunikasi yang masih akan berlanjut dengan mergernya PT XL Axiata Tbk dengan PT Smartfren Telecom Tbk.

Selain itu, kompetisi yang cukup ketat di industri telekomunikasi diperkirakan bisa memiliki dampak yang negatif kepada pertumbuhan penggunaan infrastruktur milik Sarana Menara.

Tahun 2025 dan Right Issue

Untuk tahun 2025, hal-hal tersebut akan menciptakan tantangan tambahan untuk pertumbuhan bisnis organik perseroan. Pertumbuhan Sarana Menara 2025 pun diperkirakan cenderung tumbuh low single digit secara organik dibandingkan dengan capaian 2024.

EBITDA tahun 2025 akan terdampak oleh segmen non-tower yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dari tower. Sebagaimana kita ketahui, EBITDA margin dari bisnis non-tower cenderung lebih rendah dari segmen tower.

“Manajemen akan terus melakukan strategi keuangan yang optimal, sehingga dapat memberikan hasil terbaik bagi pemegang saham,” imbuh Aming Santoso.

Sementara itu, CFO dari SMN Group Juliawati Gunawan menyampaikan, apabila tidak ada aral melintang, perseroan akan menjalankan proses rights issue yang sempat tertunda di tahun 2024 dan akan dijalankan pada kuartal II-2025 ini.

“Kami merasa dukungan dari pemegang saham pengendali SMN Group tetap sangat kuat dan dirasakan dapat berlanjut apabila diperlukan di masa yang akan datang. Manajemen akan menjalankan kebijakan dan strategi keuangan untuk mengoptimalkan kinerja keuangan di masa yang akan datang,” pungkas Juliawati.

Pada perdagangan Rabu (26/3/2025), saham TOWR menguat Rp20 (3,96%) ke posisi penutupan Rp525. Sahamnya dibuka dari level terendah Rp510 dan sempat menyentuh tertinggi Rp535. (bdm)

Komentar

Iklan