Infodigital.co.id

AI Jangan Sampai Gantikan Peran Manusia

Wamenkomdigi Nezar Patria di di Menara Kompas, Jakarta. (Dok Kemkomdigi)

Jakarta, ID – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria berharap, pemanfaatan teknologi kecerdasan (artificial intelligence/AI) di Tanah Air hanya menjadi mitra dan jangan sampai menggantikan peran manusia.

Wamenkomdigi meyakini bahwa teknologi AI di Indonesia mulai banyak dan lebih baik lagi ketika digunakan dalam pekerjaan kehumasan dan komunikasi publik.

AI kini bisa digunakan dan mampu untuk membuat narasi yang sempurna dari sisi susunan kalimat dan tata bahasa, sehingga memudahkan pekerjaan di bidang kehumasan di Tanah Air.

Namun, Nezar Patria juga mengingatkan bahwa teknologi AI seharusnya hanya menjadi mitra serta bukan akan dan sebagai pengganti peran manusia.

“Kesuksesan praktisi public relation di masa depan akan ditentukan oleh seberapa mahir kita menggunakan AI sebagai penguat strategis, dan seberapa teguh kita memegang standar etika dan kemanusiaan,” tegas Nezar dalam ‘AI Masterclass: Shape the Future of Your Communication Strategy with AI’ di Menara Kompas, Jakarta Pusat, dikutip InfoDigital.co.id, Kamis (23/10/2025).

Menurut dia, AI memang bisa membantu percepatan pekerjaan, mulai dari menulis draf siaran pers, menganalisis data publik, hingga memantau sentimen media.

Bahkan, banyak perusahaan PR dan media kini mulai menggunakan AI untuk menulis laporan media hingga perencanaan kampanye komunikasi yang lebih baik.

Namun, hasil akhirnya tetap perlu sentuhan manusia agar narasi komunikasi publik tetap berempati dan kontekstual. Sedangkan sentuhan emosional hanya dapat dihadirkan oleh manusia.

“PR bekerja dengan targeted, kepada siapa mau disampaikan. Dan to tell the story ini, semua kemampuan manusiawi yang kita punya bisa kita tumpahkan,” jelasnya.

Kesalahan AI

Pada kesempatan itu, Nezar juga menyoroti potensi kesalahan dalam penggunaan AI. Sebab, model AI terkadang mengulang kata, memakai istilah yang janggal, bahkan, bisa berhalusinasi atau menciptakan fakta yang tidak benar.

“Jadi, penting kehati-hatian dalam menggunakan teknologi tersebut di bidang komunikasi,” tegasnya.

Karena itu, ia menekankan arti penting etika, literasi digital, dan kemampuan berpikir kritis bagi para praktisi komunikasi pemerintah, serta hati-hati dalam pemanfaatan AI.

Teknologi AI juga perlu digunakan secara bijak untuk memperkuat pesan publik, bukan menggantikan kreativitas manusia.

“Masa depan komunikasi bukan hanya tentang teknologi, tapi bagaimana kita sebagai manusia mengendalikannya. Semoga kita bisa memajukan dunia PR kita dengan AI dan juga lebih manusiawi ke depan,” tandasnya.

Nezar menutup pesannya dengan menekankan kembali peran manusia tetap menjadi faktor kunci untuk menjaga kualitas dan nilai kemanusiaan dalam setiap proses komunikasi, serta tak akan bisa digantikan AI sepenuhnya. (bdm)

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar

Iklan