OpenAI Alihkan Fokus ke Super Intelligence

Jakarta, ID – Dalam sebuah postingan di blog pribadinya, CEO OpenAI Sam Altman mengatakan bahwa OpenAI mulai mengalihkan fokus/tujuannya ke pengembangan kecerdasan super (superintelligence/SI).
Hal tersebut dilakukan karena OpenAI telah tahu cara membangun dan mengembangkan AI umum (artificial general intelligence/AGI) yang saat ini telah berkembang pesat. Karya terbesar OpenAI adalah ChatGPT.
“Kami menyukai produk kami saat ini, tetapi kami di sini untuk masa depan yang gemilang,” tulis Altman, dalam publikasinya, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (6/1/2025).
Menurut dia, alat-alat SI dapat secara besar-besaran akan mempercepat penemuan dan inovasi ilmiah jauh melampaui apa yang mampu OpenAI lakukan sendiri, dan pada gilirannya, secara besar-besaran meningkatkannya.
Menurut Techcrunch, sebelumnya, Altman pernah mengatakan bahwa SI dapat terealisasi ‘beberapa ribu hari lagi’. Kehadirannya pun akan lebih intens daripada yang dipikirkan orang dan melampui AI yang sekarang.
AGI sendiri sebenarnya merupakan istilah yang masih samar-samar. Namun, OpenAI memiliki definisinya sendiri, yakni sistem sangat otonom yang mengungguli manusia dalam pekerjaan yang paling bernilai secara ekonomi.
OpenAI dan Microsoft, mitra dekat dan investor perusahaan rintisan (startup) tersebut, juga memiliki definisi AGI, yakni sistem AI yang dapat menghasilkan laba setidaknya US$100 miliar.
Ketika OpenAI mencapai level tersebut, Microsoft akan kehilangan akses dan kendali ke teknologinya berdasarkan perjanjian antara kedua perusahaan tersebut.
Dalam postingan tersebut, Altman juga menggarisbawahi bahwa agen AI, sistem AI yang ada sekarang telah dapat melakukan tugas-tugas tertentu secara mandiri dapat bergabung dengan angkatan kerja manusia, dan secara material, mengubah hasil perusahaan tahun ini.
“Kami terus percaya bahwa secara berulang-ulang menempatkan alat-alat hebat di tangan orang-orang akan menghasilkan hasil yang hebat dan terdistribusi secara luas,” tulisnya.
Tantangan Keterbatasan
Altman tampaknya yakin, semua masalah AI itu akan dapat diatasi dan dengan cara cepat dengan pengembangan super intelligence. Namun, jika ada satu hal yang telah kita pelajari tentang AI dalam beberapa tahun terakhir, itu ada ‘garis waktu’ dan keterbatasannya.
“Kami cukup yakin bahwa dalam beberapa tahun ke depan, semua orang akan melihat apa yang kami kerjakan, dan bahwa kebutuhan untuk bertindak dengan sangat hati-hati, sambil tetap memaksimalkan manfaat dan pemberdayaan (AI) yang luas sangatlah penting,” tulis Altman.
Karena itu, lanjut dia, OpenAI tidak bisa hanya menjadi perusahaan biasa. Apalagi, orang juga akan berharap bahwa saat OpenAI menyampaikan pergeseran fokusnya ke apa yang dianggapnya sebagai SI.
Dan, OpenAI telah mencurahkan sumber daya, baik SDM maupun dana yang cukup banyak untuk memastikan sistem SI bisa berfungsi dengan baik dan aman bagi manusia.
OpenAI pun sebenarnya telah menulis dan mengkaji ulang beberapa kali tentang bagaimana transisi yang sukses ke dunia dengan SI harus diakui ‘jauh dari jaminan’ dan perusahaan tersebut tidak memiliki semua jawabannya.
“Kami tidak memiliki solusi untuk mengarahkan atau mengendalikan AI yang berpotensi superintelijen, dan mencegahnya menjadi liar,” ungkap OpenAI, dalam sebuah postingan blog Juli 2023.
Tantangan SDM
Sejak publikasi postingan tersebut, OpenAI pun telah membubarkan tim SDM yang berfokus pada keamanan AI, termasuk keamanan sistem superintelijen dan melihat beberapa peneliti berpengaruh yang berfokus pada keamanan akhirnya mengundurkan diri.
Beberapa dari staf mengutip ambisi komersial OpenAI yang makin meningkat sebagai alasan pengunduran diri mereka.
Di lain sisi, OpenAI saat ini sedang menjalani restrukturisasi perusahaan untuk membuatnya lebih menarik bagi investor luar.
Ketika ditanya dalam wawancara baru-baru ini tentang kritik yang mengatakan OpenAI tidak cukup fokus pada keamanan, Altman menjawab, “Saya akan menunjukkan rekam jejak kami.” (dmm)