Indosat 5 Tahun Dorong Pemberdayaan Perempuan

Jakarta, ID – PT Indosat Tbk, emiten telekomunikasi digital yang dikenal juga sebagai Indosat Ooredoo Hutchison dengan kode saham ISAT, telah 5 tahun mendorong pemberdayaan perempuan melalui program SheHacks.
Kali ini, Indosat bersama dengan entitas Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kesetaraan jender dan pemberdayaan Perempuan, UN Women, pun merilis laporan Impact Report: Empowering Women in Tech yang berisi atas dampak yang dihasilkan dari inisiatif SheHacks.
Sebagai gerakan pemberdayaan perempuan Indosat, selama 5 tahun terakhir, SheHacks telah melakukan sejumlah program pemberdayaan perempuan di bidang teknologi dan kewirausahaan.
Hal itu dilakukan perseroan untuk menjawab tantangan yang dihadapi perempuan, utamanya terkait kesenjangan pendanaan, akses pelatihan, dan keterbatasan jejaring pendukung.
Chief Legal and Regulatory Officer Indosat Reski Damayanti mengatakan, di Indosat, manajemen percaya bahwa perempuan memiliki kesempatan yang setara dengan laki-laki.
“SheHacks adalah wujud nyata komitmen berkelanjutan kami dalam mendorong kesetaraan gender dan memperkuat peran perempuan dalam dunia teknologi dan inovasi,” ujar Reski, dikutip InfoDigital.co.id, Selasa (29/4/2025).
Reski menjelaskan, SheHacks menyusun pendekatan bertahap yang terbagi dalam tiga inisiatif utama, yakni Startup Lab, Ideation Lab, dan Innovate Lab.
Ketiga lab tersebut dirancang untuk mendukung wirausaha perempuan sejak tahap ideasi hingga ekspansi, melalui program seperti sesi mentoring intensif, pelatihan mandiri, pitching dengan investor, hingga showcase inovasi digital.
Seluruh inisiatif itu dilaksanakan sejalan dengan tujuan besar Indosat Ooredoo Hutchison untuk menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia.
Perseroang ingin memastikan bahwa setiap individu, termasuk perempuan, memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa.
Dampak Program SheHacks
Dalam laporan tersebut, mengutip data International Finance Corporation (IFC), pada 2021, sebanyak 70% dari usaha miro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia yang dimiliki perempuan, mengalami kesulitan akses ke produk finansial.
Selain persoalan akses pembiayaan, perempuan wirausaha menghadapi tantangan kultural dan sosial. Padahal, banyak dari mereka harus menjalankan peran ganda sebagai pengusaha sekaligus pengelola rumah tangga.
Beban tersebut pun seringkali membatasi ruang gerak mereka dalam mengembangkan usaha dan menjalin jejaring profesional.
SheHacks juga menyoroti bahwa perempuan wirausaha kerap menghadapi tantangan lebih kompleks dibandingkan laki-laki, termasuk dalam hal akses pasar, peluang investasi, dan dukungan ekosistem.
Faktor-faktor seperti bias gender, ekspektasi sosial, dan terbatasnya akses terhadap komunitas bisnis menjadi hambatan tambahan yang memperlebar kesenjangan. (bdm)