Infodigital.co.id

Indonesia Ingin Jadi Pemain AI Global

Wamenkomdigi Nazar Patria di BINUS University. (Dok Kemkomdigi)

Jakarta, IDIndonesia bertekad akan menjadi salah satu kekuatan pengembang (developer) teknologi kecerdasan buatan (artificial intlelligence/AI) global. Indonesia tak mau hanya menjadi penonton dan konsumen (user) produk-produk AI yang diimpor.

Namun, Indonesia juga harus bekerja keras untuk mencapainya. Apalagi, pengembangan AI di Tanah Air masih dalam tahap awal (early stage). Roadmap dan regulasinya pun tengah dipersiapkan untuk memayunginya.

Saat ini, teknologi AI telah berkembang dari awalnya generative AI untuk penciptaan konten menjadi agentic AI untuk pengambilan keputusan yang mandiri.

Dinamika itu pun akan berdampak terhadap masa depan pekerjaan, pendidikan, hingga pengambilan keputusan personal di Tanah Air. Karena itu, Indonesia harus bekerja keras agar mandiri dalam teknologi AI.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nazar Patria menegaskan, pemerintah berupaya keras dan tengah mengantisipasi dinamika tersebut agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton/pengguna  AI.

“Indonesia memang at early stage. Kita masih posisinya user. Bahkan, menjadi developer pun belum, masih deployer. Jadi, tantangannya, bagaimana kita jangan hanya user. Kita harus menjadi developer,” ungkap Nezar, dalam Sesi Diskusi: Breaking Barriers in Tech: A Gender-Inclusive Perspective di BINUS University, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (27/4/2025).

Menurut Wamenkomdigi, Pemerintah Indonesia melakukan langkah antisipasi dengan mulai menyusun roadmap dan regulasi serta penelitian dan pengembangan inovasi AI berbasis kolaborasi industri, universitas, dan komunitas.

Indonesia pun harus membangun dua hal. Pertama, penguatan infrastruktur pengembangan AI dan ekosistem untuk pengembangan infrastruktur AI. Kedua, Indonesia harus membangun cluster R&D untuk memperkuat kapasitas komputasi dalam soal AI.

Kolaborasi, Roadmap, dan Regulasi

Nezar Patria pun menekankan kolaborasi antarpemangku kepentingan penting dilakukan agar dapat mengembangkan teknologi AI yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan produknya berdaya saing global.

Cluster R&D juga disebutnya butuh penggabungan sejumlah ekosistem AI, baik universitas, komunitas, dan industri. Langkah ini sudah diambil ol.eh negara Prancis dan Indonesia perlu menirunya.

“R&D merupakan satu kata kunci yang paling penting dalam soal inovasi di AI,” jelasnya.

Melalui kedua upaya utama tersebut, Nezar Patria optimistis Indonesia dapat menjadi negara yang turut mengembangkan AI, tidak hanya sebagai pengguna.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah tengah menyusun roadmap dan regulasi untuk mendorong inovasi serta mencegah dampak negatif teknologi AI di Indonesia dengan melibatkan seluruh bagian ekosistem.

Setelah mengeluarkan surat edaran untuk etika sebagai sebuah prinsip, Kementerian Komunikasi dan Digital akan membuat regulasi yang lebih ketat yang juga akan melibatkan ekosistem AI.

“Tentu saja, ini akan didiskusikan secara deliberatif, dialogis, dengan semua ekosistem, biar merasa semua memiliki peraturan ini,” pungkas Nezar. (bdm)

Komentar

Iklan