Infodigital.co.id

Trump Tunda Larangan TikTok di AS 75 Hari

Jakarta, ID – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sekali lagi, menunda larangan TikTok, yang berasal dari China, 75 hari lagi ke depan di AS yang seharusnya berakhir pada Sabtu (5/4/2025), mundur menjadi 18 Juni 2025. Ini memberikan waktu kepada ByteDance untuk menjual saham mayoritas TikTok kepada investor AS.

TikTok saat ini ‘beroperasi di AS dengan waktu pinjaman’ dan sudah berbulan-bulan sejak Trump mulai berkuasa mulai 20 Januari 2025. Ketika itu, Trump langsung memberikan penundaan larangan untuk TikTok di AS 75 hari hingga 5 Apil 2025 melalui Perintah Eksekuif yang diterbitkannya.

TikTok di AS seharusnya sudah berhenti beroperasi di masa akhir pemerintahan Presiden Joe Biden pada 19 Januari 2025 karena dianggap tak dapat memenuhi divestasi sahamnya kepada investor AS sebagai persyaratan. Kehadirannya dinilai sebagai bahaya keamanan nasional karena mengoleksi data warga negara AS.

Presiden Trump pun telah menunda penegakan hukum AS yang mengharuskan perusahaan induk TikTok (ByteDance) untuk menjual sahamnya kepada pemilik non-Tiongkok (AS) selama 75 hari lagi dan menetapkan batas waktu baru hingga menjelang 18 Juni 2025.

Dalam sebuah postingan di hari Jumat (4/4/2025) waktu AS di Truth Social, Trump menulis, pemerintahannya telah bekerja sangat keras pada kesepakatan untuk menyelamatkan TikTok di AS dan diklaimnya telah membuat kemajuan luar biasa.

“Kesepakatan itu membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk memastikan semua persetujuan yang diperlukan ditandatangani. Itulah sebabnya saya menandatangani Perintah Eksekutif untuk menjaga TikTok tetap aktif dan berjalan selama 75 hari tambahan,” ungkap Trump, dikutip InfoDigital.co.id.

Calon Investor AS

Sejak akhir masa pemerintahan Biden, beberapa perusahaan sebenarnya telah mengajukan tawaran untuk membeli bisnis platform berbagi video asal China tersebut di AS. Namun, skema ini selalu gagal direalisasikan, sehingga TikTok dibantu oleh Trump untuk tetap beroperasi.

Ada perusahaan, seperti Amazon, Oracle, dan Perplexity yang mencoba membelinya. Bahkan ikon YouTube, MrBeast, telah mengumpulkan sekelompok investor untuk membelinya.

Namun, tampaknya ByteDance, pemilik TikTok, menolak atau belum terjadi kesepakatan untuk menjualnya. Drama ini telah berlangsung selama lebih dari setahun, tetapi ByteDance belum ingin menyerahkan barangnya.

Sebab, menjual bisnis TikTok di Amerika berarti bahwa semua data yang dikumpulkan tentang warga negara AS akan disimpan di wilayah AS sesuai keinginan dan semangat nasionalisme AS.

Tidak hanya itu, perusahaan yang memiliki bisnis TikTok di AS akan memiliki pengaruh terhadap bagaimana datanya digunakan. Misalnya, Perplexity ingin mengubah secara mendasar cara kerja algoritma pencarian TiktTok. (bdm)

Komentar

Iklan