Infodigital.co.id

LamiPak Dukung Konsumsi Susu Kemasan Aseptik

Media gatehring LamiPack Indonesia. (Dok LamiPack)

Jakarta, ID PT LamiPak Indonesia, salah satu pemimpin industri penyedia produk kemasan aseptik berkualitas tinggi yang ramah lingkungan, mendukung upaya peningkatan konsumsi susu kemasan aseptik yang aman dan berkelanjutan di Tanah Air.

Dengan investasi jangka pendek sebesar Rp3 triliun, LamiPak mulai beroperasi secara komersial pada April 2024 dengan kapasitas awal 12 miliar kemasan per tahun, termasuk produk pelengkap seperti sedotan kertas.

Sementara itu, sejak 1 Agustus 2025, LamiPak pun telah beroperasi dengan kapasitas penuh sebesar 21 miliar kemasan per tahun, yang secara signifikan memperkuat rantai pasok kemasan dalam negeri.

“Sebagai salah satu pelaku utama di industri kemasan aseptik Indonesia, LamiPak mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), melalui penyediaan kemasan yang aman, berkualitas tinggi, dan diproduksi di dalam negeri untuk produk susu maupun minuman bergizi lain,” ujar Managing Director LamiPak Indonesia Anton Hui, dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (2/11/2025).

Menurut dia, LamiPak percaya bahwa inovasi kemasan tidak hanya berperan dalam menjaga keamanan dan keberlanjutan produk, tetapi juga dalam mendorong peningkatan gizi dan ketahanan pangan nasional.

Dalam konteks tersebut, kemasan aseptik berperan penting dalam menjaga kualitas dan keamanan produk susu, sehingga memungkinkan distribusi yang lebih luas dan efisien.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi tantangan jangka waktu distribusi ke wilayah terpencil karena memiliki keterbatasan infrastruktur.

Produk dengan kemasan konvensional umumnya hanya bertahan 2–3 minggu. Sedangkan produk dalam kemasan aseptik dapat disimpan hingga 1 tahun tanpa memerlukan pendinginan.

Kemasan aseptik pun disebut sangat ideal untuk menjaga kualitas dan keamanan nutrisi susu sekaligus memastikan produk bergizi dapat menjangkau masyarakat di seluruh pelosok negeri.

“Memang, kemasan aseptik sangat cocok untuk kemasan susu di program MBG karena Indonesia adalah negara kepulauan. Kemasan aseptik dapat menyimpan susu 6–12 bulan, sehingga jauh lebih baik dibandingkan kemasan lain,” ujar Direktur Eksekutif Indonesian Packaging Federation (IPF) Henky Wibawa.

Selain itu, pemanfaatan limbah kemasan aseptik di Tanah Air kini juga telah banyak diolah menjadi barang yang lebih bermanfaat, seperti furnitur.

Dampak Program MBG

Sementara itu, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) Prof Epi Taufik menilai bahwa program MBG memiliki multiplier effect positif bagi perekonomian nasional.

“Program ini bukan hanya sarana peningkatan gizi, tetapi juga wadah edukasi bagi masyarakat dalam mengelola limbah, mulai dari memilah, mendaur ulang, hingga memanfaatkan kembali kemasan susu menjadi produk bernilai guna,” ujar Prof Epi Taufik.

Senada dengan hal itu, Ali Murtopo, Deputi Bidang Perniagaan dan Ekonomi Digital, menilai potensi sektor kemasan aseptik Indonesia sangat besar.

“Hal itu didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman, gaya hidup kelas menengah yang kian praktis, serta tren kemasan sehat dan ramah lingkungan,” ucap Ali.

Ia menegaskan bahwa pemerintah mendukung peningkatan daya saing industri kemasan aseptik nasional dengan memperkuat industri dalam negeri dan mendorong investasi baru guna mengurangi ketergantungan pada impor.

Sementara itu, seiring bergulirnya program MBG, kebutuhan susu nasional juga diperkirakan bisa mencapai hingga 8,9 juta ton per tahun. Saat ini, konsumsi nasional Indonesia sekitar 4,4 juta ton. (bdm)

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar

Iklan