Infodigital.co.id

Kecepatan Internet Starlink di Indonesia Turun

Layanan Starlink di Indonesia diurus PT Primacom Interbuana. (Dok Starlink)

Jakarta, ID – Kecepatan internet (broadband) Starlink, internet berbasis satalit anak usaha SpaceX milik Elon Musk asal Amerika Serikat, ternyata mengalami penurunan dalam setahun lebih sejak sejak kehadirannya di Indonesia (RI).

Kajian OpenSingal, lembaga riset yang fokus pada jaringan telekomunikasi menyebut, kecepatan internet Starlink di Indonesia telah turun drastis. Kemampuan internet unduh (download) Starlink turun dari 42 Mbps menjadi 15,8 Mbps dan unggah (upload) dari 10,5 Mbps menjadi 5,4 Mbps.

Di sisi lain, kepuasan layanan pengalaman video Starlink juga telah turun dari awal ketika diluncurkan masih 58,1 poin kini turun menjadi 53,1 poin, dalam skala 1-100.

Padatnya pengguna telah memangkas kecepatan internet download Starlink hingga hampir dua pertiga dan kemampuan upload melemah hingga hampir setengahnya dalam waktu 12 bulan setelah peluncuran di Tanah Air.

Di sisi lain, kemampuan internet berbasis jaringan kabel/tetap (fixed wireless access/FWA), yang antara lain diwakili penyedia internet (internet service provider), antara lain IndiHome (Telkomsel), MyRepublic (Sinar Mas), XL Satu (XLSMART), dan lainnya mengungguli Starlink pada sebagian besar metrik.

“Starlink masih memimpin dalam hal kecepatan unduh, tetapi FWA menang dalam hal kecepatan unggah, konsistensi kualitas, dan pengalaman menggunakan video,” ungkap Principal Data Analyst at Opensignal Robert Wyrzykowski, dengan dukungan data oleh Chris Mills, dikutip InfoDigital.co.id, Sabtu (11/10/2025).

Padahal, Starlink yang masuk Indonesia sejak Mei 2024 dan diresmikan langsung Elon Musk di Bali, berjanji untuk ‘membawa konektivitas ke tempat-tempat yang memiliki konektivitas rendah’. Namun, lebih dari setahun kemudian, gambarannya jauh lebih kompleks.

Dalam pengantar ulasannya, Robert juga menekankan tantangan konektivitas di Indonesia lebih dari sekadar solusi tunggal. Banyak, bauran kebjakan untuk membuat akses internet merata dan berkecepatan tinggi.

Apalagi, Pemerintah Indonesia tengah mendorong agenda digitalisasi yang lebih luas di tengah rendahnya penetrasi internet broadband dan sulitnya menghubungkan wilayah kepulauan yang luas masih menjadi kendala yang signifikan.

Untuk menjembatani kesenjangan antara daerah perkotaan dan perdesaan, para pembuat kebijakan juga beralih ke teknologi alternatif seperti internet berbasis jaringan kabel/tetap (FWA).

Janji Starlink di Indonesia  

Perkembangan Starlink di Indonesia dan Kanada disebut OpenSignal berbeda. Di pasar Kanada, Starlink yang berbasis satelit telah menunjukkan kinerja yang kuat, mengungguli FWA di sebagian besar metrik, dengan hanya sedikit kelemahan pada konsistensi kualitas.

Ketika diluncurkan di Indonesia pada Mei 2024, Elon Musk berjanji Starlink akan membawa harapan bagi masyarakat yang berada di luar jangkauan jaringan fiber/FWA atau jaringan seluler (berbasis jaringan menara BTS).

Dengan kecepatan awal unduh 42,0 mega byte per second (Mbps) dan unggah 10,5 Mbps, Starlink menawarkan alternatif yang kuat untuk koneksi nirkabel yang sudah ada.

Namun dalam waktu satu tahun, jumlah pengguna yang pesat membuat kapasitasnya tertekan, unduhan turun hampir dua pertiga, unggahan turun hampir setengahnya, dan skor pengalaman menggunakan video turun lima poin.

Penyebabnya adalah kemacetan (banyaknya pengguna). Permintaan melonjak begitu cepat, sehingga Starlink terpaksa menghentikan sementara pendaftaran baru di Tanah Air.

Padahal, ketika pendaftaran baru dilanjutkan pada Juli 2025, pelanggan baru menghadapi ‘biaya lonjakan permintaan’ yang sangat tinggi, mulai dari Rp8 juta hingga Rp9,4 juta (US$490-US$574), tergantung pada gatewaynya.

Jumlah tersebut kira-kira telah mencapai tiga kali lipat dari upah bulanan rata-rata di Indonesia yang hanya Rp3,09 juta (US$190). Dalam praktiknya, hal ini berarti konsumen yang berminat harus membayar biaya yang tinggi di muka atau menunggu hingga permintaan berkurang.

Tetapi, menurut Robert, tidak semua layanan Starlink dalam tren negatif. Sebab, konsistensi kualitas diakuinya meningkat dari 24,2% menjadi 30,9% pada periode yang sama.

Meskipun kecepatannya lebih lambat, peningkatan Starlink dari tahun ke tahun dalam metrik sebenarnya mencerminkan latensi yang lebih rendah dan sebenarnya ada peningkatan infrastruktur. (bdm)

Data Penurunan Internet Starlink di RI

Kategori Mei 2024 Sekarang
Download 42,0 Mbps 15,8 Mbps
Upload 10,5 Mbps 5,4 Mbps
Pengalaman Video 58,1% 53,1%
Konsistensi Kualitas 24,2% 30,9%

Sumber: OpenSignal, Mei-Juli 2025

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar

Iklan