Infodigital.co.id

Cap Bali Hadirkan 9 Koleksi Tropical Peacock

Cap Bali hadirkan 7 koleksi perempuan dan 2 pria di IFW 2025. (Dok Cap Bali)

Jakarta, ID – Cap Bali, merek asal Pulau Dewata, Bali, garapan Putu Fitri Ertaningsih, menggelar pagelaran 9 koleksi terbaru bertajuk Tropical Peacock, di Jakarta, tepatnya di pagelaran Indonesia Fashion Week IFW (2025).

Di balik keindahan yang ditampilkannya, Cap Bali mengajak kita tak hanya mengagumi dan menjawab kerinduan suasana santai dan rileks khas Bali, tetapi juga menghadirkan cerita di balik karya, dari tangan para wanita pekerja yang diberdayakan di area sekitarnya.

“Cap Bali dirancang untuk menyatu dengan iklim tropis dan gaya hidup santai namun tetap elegan,” ujar Founder Cap Bali Putu Fitri Ertaningsih,” dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (1/6/2025).

Kali ini, sebanyak 7 koleksi perempuan dan 2 koleksi pria dihadirkan lewat gaya kasual yang ringan dan nyaman. Setiap item didesain untuk menemani berbagai aktivitas khususnya di iklim tropis Indonesia, baik saat santai di pantai hingga momen hangout atau momen spesial bersama keluarga.

Hal itu telah menjadi DNA Cap Bali dalam mengolah budaya lokal menjadi koleksi ready-to-wear bergaya kontemporer dalam setiap item koleksi yang dirancang.

Dalam koleksi terbaru yang dihadirkan di panggung IFW 2025 kali ini, Cap Bali menghadirkan koleksi bertajuk Tropical Peacock, merupakan selebrasi visual dalam memadukan keanggunan burung merak dengan semangat tropis Bali.

Motif burung merak ditampilkan secara unik, yaitu terlihat menyatu melalui motif yang berirama, menyimbolkan kelembutan sekaligus ketangguhan para perempuan Bali.

Menggunakan teknik handprint atau sablon tradisional, koleksi hadir dalam palet warna pastel seperti pink, biru langit yang cerah, serta hijau dedaunan yang segar. Harmoni warna yang menciptakan nuansa segar yang diramu dalam siluet feminin yang cantik.

“Koleksi ini sangat istimewa, karena motif burung merak merupakan sebuah simbol dalam budaya lokal yang kerap kali hadir dalam seni tari serta ukiran tradisional,” imbuhnya.

Tak hanya itu, dalam pembuatan koleksi terbaru, momen nostalgia pun cukup kuat karena berawal dari kenangan masa kecil saat pertama kalinya saya melihat burung merak.

Pesona warnanya indah serta gerakannya yang anggun sangat menancap di ingatan hingga kini, seakan ada aura percaya diri yang sangat kuat ditampilkan oleh burung merak tersebut.

“Sejak saat itu, saya selalu mengingat burung merak sebagai simbol keindahan,” tutur dia.

Sejak Tahun 2014

Menurut Fitri, Cap Bali mulai berdiri tahun 2014. Awalnya, Cap Bali ingin menghadirkan koleksi pakaian yang memadukan nilai budaya Bali dalam kemasan yang nyaman khas gaya tropis.

Seluruh pembuatannya dilakukan sendiri, mulai dari menciptakan motif dengan teknik handprint atau sablon tradisional, tenun, hingga menjadi koleksi pakaian dengan desain yang modern, stylish, dan nyaman.

Tak hanya itu, Fitri sengaja memilih material rayon bukan hanya karena nyaman dan terasa sejuk dan lembut ketika dikenakan serta memberi kesan elegan, tetapi juga karena merupakan material yang ramah lingkungan.

Cap Bali juga mengedepankan less waste, dengan pemanfaatan limbah tekstil berupa kain perca untuk dijadikan produk yang memiliki nilai fesyen dan ekonomi.

Selama lebih dari satu dekade, Cap Bali telah menjadi wadah pemberdayaan perempuan lokal dalam industri kreatif Bali. Hingga kini, sebanyak lebih dari 100 pekerja Cap Bali, 90% didominasi oleh pekerja wanita.

Bahkan, banyak di antaranya yang merupakan tamatan SMK, Jurusan Tata Busana, dan diajari langsung berbagai skill tambahan di Cap Bali dari nol. (bdm)

Komentar

Iklan