Infodigital.co.id

62% Orang RI Khawatir Tergusur oleh AI

Ilustrasi AI yang dikhawatirkan gantikan pekerjaan manunia. (Dreamstime)

Jakarta – Sebuah survei menyebutkan, sekitar 62% responden dari orang Indonesia (RI) merasa terancam kehilangan pekerjaannya karena akan digantikan oleh perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI.

Hal itu merupakan satu benang merah dalam laporan bertajuk Navigating Economic and Security Challenges in 2025 yang dirilis Populix. Kekhawatiran terhadap keamanan pekerjaan juga menjadi salah satu dari empat isu utama yang dikhawatirkan masyarakat tahun 2025.

Bila diteliti lebih jauh, salah satu penyebabnya adalah perkembangan pesat teknologi AI yang ditakutkan dapat menggantikan peran mereka di dunia kerja.

Laporan itu disusun dengan menggabungkan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Survei dilanjutkan kepada 1.190 responden dari seluruh Indonesia untuk memvalidasi temuan dan menentukan tren pada Agustus-September 2024.

“Isu keamanan pekerjaan diungkapkan oleh 34% responden kami. Mereka merasa tertekan untuk beradaptasi dengan pekerjaan yang lebih mengutamakan fleksibilitas ketimbang stabilitas,” ujar VP of Research Populix Indah Tanip, dalam diskusi ‘Populix Industry Outlook: Navigating Economic and Security Challenges in 2025’ di Jakarta, dikutip InfoDigital.co.id, Jumat (13/12/2024).

Responden juga khawatir meningkatnya pekerjaan serabutan, pekerjaan kontrak, dan PHK yang membuat banyak orang merasa kurang kendali. Kondisi ini diperparah dengan teknologi AI yang berkembang dengan sangat pesat.

Sementara itu, ada 5 alasan utama yang mendasari kekhawatiran tersebut. Orang takut digantikan dengan mesin yang lebih baik, akurat, dan terjangkau (72%). Mereka juga akan kesulitan bersaing dengan mesin yang mampu bekerja 24/7 tanpa lelah (62%).

Temuan lainnya, 60% responden merasa perkembangan AI yang terlalu canggih bisa menjadi ancaman bagi manusia. Hadirnya AI juga dinilai dapat meningkatkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakstabilan sosial (52%).

Pengembangan SDM

Guna menanggulangi risiko tersebut, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) pun menyatakan komitmennya untuk terus mendukung pengembangan sumber daya manusia (SDM) digital di Indonesia.

Bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek), serta Kementerian Kebudayaan, Kemnaker memberikan kursus dan pelatihan melalui Talenthub, Talent Corner, serta balai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pelatihan diberikan kepada pencari kerja, khususnya Generasi Z untuk menghadapi dunia kerja digital dan AI. Saat ini, Kemnaker juga sedang menyiapkan regulasi dan roadmap untuk melindungi para pekerja digital di Indonesia.

“Kita sedang menghadapi era gig workers dan gig economy, di mana saat ini pekerja-pekerja kita tidak memiliki hubungan kerja yang formal,” tutur Sub Koordinator Layanan Pencari Kerja, Pusat Pasar Kerja, Kemnaker, Rici Ronaldo. (dmm)

Komentar

Iklan