Tarif Impor 0% Trump akan Dorong Manufaktur TI Relokasi ke AS?

Jakarta, ID – Presiden AS Donald J Trump telah membuat kebijakan mengejutkan dengan membebaskan tarif impor untuk produk teknologi informasi (TI), yakni ponsel pintar (smartphone), komputer, serta produk elektronik tertentu yang datang dari China, terutama yang terkait dengan manufaktur AS.
Berikut penjelasan penerapan tarif impor produk teknologi yang diterapkan Trump dan harapan kembalinya manutaktur global untuk kembali ke AS untuk menciptakan lapangan kerja.
Jadi, di tengah perang dagang dengan China dan berbarengan untuk merespons keresahan di dalam negeri, pada akhirnya, Bea Cukai dan Patroli Perbatasan AS (US Customs and Border Patrol) pun telah mengonfirmasi bahwa smartphone, komputer, dan beberapa produk elektronik lainnya dibebaskan dari tarif impor.
Ya, itu termasuk pembatalan tarif impor 145% produk-produk tersebut yang didatangkan dari Tiongkok. Langkah tersebut pun memberikan kelegaan besar bagi industri teknologi AS yang saat ini sangat bergantung pada rantai pasok/pabrik-pabrik di Tiongkok untuk mendukung produksinya.
“Trump mengandalkan ‘nalurinya’ untuk memutuskan perusahaan AS mana yang layak mendapatkan konsesi semacam itu,” ulas platform Android Headlines, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (14/4/2025) .
Tujuan utamanya untuk mengatasi situasi perusahaan AS yang terpukul lebih keras daripada yang lain, seperti Apple, yang sebagian besar rantai pasok manufakturnya di China.
Namun, Trump memilih pendekatan yang berbeda. Alih-alih membebaskan perusahaan tertentu berdasarkan kriteria yang sewenang-wenang, Washington justru membebaskan hampir seluruh produk sektor komersial dari tarif impor, terutama untuk produk yang terkait dengan manufaktur AS.
Sementara itu, seorang analis menggambarkan langkah tersebut sebagai ‘skenario pengubah permainan’, seperti yang dilaporkan oleh BBC. Pembebasan tersebut juga berlaku surut hingga 5 April 2025.
Langkah itu juga berlaku untuk produk sektor teknologi lainnya, seperti semikonduktor, sel surya, dan kartu memori. Hal ini pun menjadi skenario impian bagi investor teknologi AS.
“Ponsel pintar dan chip yang dikecualikan merupakan skenario pengubah permainan dalam hal tarif China,” kata Dan Ives, kepala penelitian teknologi global di Wedbush Securities, di platform X.
Harapan Pindah ke AS
Namun, perlu dicatat bahwa pengecualian tarif impor untuk produk sektor teknologi dari China yang terkait dengan manufaktur AS tersebut bersifat sementara. Kebijakan ini ‘terpaksa dilakukan’ Trump sambil mendorong manufaktur, di antaranya Apple agar kembali ke AS.
“Presiden Trump telah menegaskan bahwa Amerika tidak dapat bergantung pada Tiongkok untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, ponsel pintar, dan laptop,” ungkap pernyataan Gedung Putih.
Selanjutnya, atas arahan Presiden Trump, perusahaan-perusahaan teknologi AS yang kini beroperasi di China didorong agar berusaha keras untuk memindahkan produksinya ke Amerika Serikat sesegera mungkin.
Perlu dicatat juga bahwa sebenarnya masih ada tarif untuk produk-produk teknologi. Satu di antaranya pajak tarif impor 20% terkait dengan produk fentanil asal Tiongkok.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan teknologi besar AS yang kini beroperasi di China tengah menjajaki opsi untuk mendiversifikasi rantai produksinya. Negara-negara seperti India dan Vietnam justru muncul sebagai kandidat terdepan untuk relokasi manufaktur dari China. Jadi, bukan pindah dan kembali ke AS.
Faktanya, saat ini, Apple ternyata telah memproduksi 20% pasokan iPhone yang ditujukan untuk pasar Amerika Serikat di India. Jadi, apa yang akan terjadi? Kita tunggu reaksi Apple terhadap kebijakan tarif Trump tersebut. (dmm)