Bagikan:

Jakarta, ID – Riset Populix menyebut, 67% responden orang Indonesia (RI) akan investasi secara digital pada 2025, termasuk reksa dana dan saham. Sebanyak 74% di antaranya menyediakan modal investasi hingga Rp 5 juta, dan 33% di antaranya punya kurang dari Rp 1 juta.

Dalam laporan berjudul Unlocking Insights into Digital Investment Trends, 47% responden percaya investasi digital bisa lebih menguntungkan dibandingkan cara konvensional, seperti tabungan dan deposito. Artinya, investasi digital sudah menjadi tren dan daya hidup investasi.

“Peningkatan tren investasi digital membutuhkan dukungan tidak hanya dari platform investasi yang terpercaya, tetapi juga dari literasi keuangan, khususnya terkait aktivitas investasi,” ungkap Co-Founder dan CEO Populix Dr Timothy Astandu, dikutip InfoDigital.co.id, Jumat (30/8/2024).

Masyarakat Indonesia melihat bahwa investasi digital sebagai cara praktis untuk mendapatkan keamanan finansial dan meningkatkan pendapatan, bahkan dengan modal yang minimal.

Investasi digital masyarakat Indonesia  dengan tujuan  untuk dana darurat (68%), pendapatan tambahan (61%), pembelian aset rumah, kendaraan, dan lainnya (48%), dana pensiun (46%), dana pendidikan (40%), dan diversifikasi portofolio (25%).

Sementara itu, 1 dari 3 responden menyatakan masih ragu dalam menggunakan investasi digital, terutama karena kurangnya pengetahuan tentang investasi digital dan khawatir akan risiko kerugian modal.

Tren Meningkat

Tren investasi di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. KSEI mencatat, peningkatan jumlah investor pasar modal mencapai 11% (year to date/YTD), dari 12,17 juta investor pada 2023 menjadi 13,45 juta investor sampai 9 Agustus 2024.

Di tengah pertumbuhan positif tren investasi tersebut, generasi muda menyumbang peran besar dengan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menunjukkan bahwa 54,96% investor individu berusia di bawah 30 tahun.

Dalam laporannya, Populix menyebut bahwa penyederhanaan konsep investasi yang kompleks juga akan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas karena memungkinkan lebih banyak orang membuat keputusan  tepat sesuai tujuan keuangannya di era ekonomi digital.

“Dengan pemahaman yang lebih komprehensif, semakin banyak orang merasa percaya diri untuk mengeksplorasi investasi digital,” imbuhnya. (dmm)