Infodigital.co.id

Industri Startup Indonesia Terperosok Dalam

Ilustrasi startup. (Dok OKOCE News)

Jakarta, ID – Ekosistem industri usaha rintisan berbasis teknologi (startup) di Indonesia sedang tidak sedang baik-baik saja dan tengah menghadapi masa-masa sulit karena kesepakatan pendanaan/ekuitas yang telah melambat selama 11 kuartal terakhir, atau terperosok dalam.

Hal tersebut merupakan kesimpulan dari data laporan DealStreetAsia DATA VANTAGE, yang berjudul Mapping South East Asia (SEA) & Indonesia’s 2024 Journey.

Mari kita tengok kuartal terakhir, tepatnya pada kuartal IV-2024, startup di Indonesia hanya mencatat 13 transaksi pendanaan, volume transaksi triwulanan terendah dalam enam tahun terakhir, melanjutkan penurunan yang dimulai sejak kurtal II-2022.

Gabungan dari pendanaan startup di periode tersebut pun hanya berhasil mengumpulkan US$59,2 juta, terendah kedua dalam rentang enam tahun terakhir.

Pencapaian kuartal IV tahun lalu itu pun bisa disebut ‘membatasi’ kinerja setahun penuh 2024 hanya ada 85 putaran pendanaan ekuitas, turun 34% dari tahun 2023 sebelumnya.

Dampaknya, total nilai kesepakatan pendanaan startup 2024 turun 66% menjadi US$437,8 juta dibandingkan tahun 2023. Akibatnya, kontraksi pendanaan Indonesia menjadi yang terbesar di antara enam pasar modal ventura di Asia Tenggara tahun lalu.

Laporan tersebut juga menjadi penanda penurunan pendanaan startup yang berkepanjangan di Indonesia dengan tantangan struktural yang dihadapi dari dalam negeri, karena menyusutnya kelas menengah, lambatnya industrialisasi, dan tingginya biaya untuk menjalankan bisnis.

Kontribusi pendanaan startup di Indonesia terhadap keseluruhan di kawasan Asia Tenggara pun secara bertahap menurun dalam tiga tahun terakhir.

Perjanjian pendanaan mengakhiri tahun 2024 dengan pangsa sebesar 9,6% dari nilai kesepakatan regional, terus mengalami kontraksi dari masih 40,3% pada 2021, 22% tahun 2022, dan 16,3% pada 2023.

Terkoreksi di Semua Tahapan

Walaupun penurunan pendanaan ekuitas di Indonesia sebagian besar terjadi pada  startup tahap awal, kesepakatan-kesepakatan pada tahap perusahaan akhir (besar) juga mengalami kontraksi yang lebih tajam, yang juga sebenarnya mencerminkan tren regional.

Investasi pada pendanaan startup tahap akhir di Indonesia, Seri C dan seterusnya, mencapai rekor tertinggi dalam sejarah tahun 2021, dengan 33 kesepakatan senilai US$7,51 miliar.

Pada 2024, jumlahnya telah jauh merosot menjadi hanya 4 kesepakatan yang menghasilkan pendanaan US$71,2 juta,  menandai kinerja terlemah dalam volume dan nilai kesepakatan selama lebih dari 6 tahun terakhir.

Kelangkaan modal tahap akhir juga terlihat jelas di Asia Tenggara. Tercatat, hanya mencatat 21 kesepakatan tahap akhir tahun 2024, yang menghasilkan total dana US$1,23 miliar, tingkat terendah di kawasan ini dalam 6 tahun terakhir.

Sementara itu, ukuran transaksi pendanaan di Indonesia pada 2024 didominasi oleh kelompok investasi terendah, dengan transaksi hingga US$1 juta yang mencakup 30% dari total aktivitas.

Kesepakatan berikutnya di Tanah Air terkait besaran pendanaan startup sekitar US$2,55 juta, yang mewakili 21% dari keseluruhan volume kesepakatan pendanaan yang terjadi.

Halaman: 1 2
Komentar

Iklan