Infodigital.co.id

Skenario di Balik Bebas Tarif Impor Smartphone Trump untuk China

Presiden AS Donald J Trump. (Dok The White House)

Jakarta, ID – Pemerintah Amerika Serikat (AS), di bawah kendali Presiden Donald J Trump, telah membuat kebijakan mengejutkan dengan membebaskan tarif impor untuk produk ponsel pintar (smartphone), laptop, komputer, serta produk elektronik tertentu yang datang dari China, terutama yang terkait manufaktur AS.

Hal itu terjadi justru ketika AS, lewat Trump, dan China sedang perang dagang, atau perang tarif impor dengan masing-masing berbalas hingga 145% versus 125%. Ada apa di balik itu semua? Berikut penjelasannya.

Hal yang pasti, ada maksud ‘harapan’ di balik kebijakan Trump yang cukup melegakan bagi warga AS itu. Trump berharap agar secara perlahan manufaktur seperti Apple kembali dan menciptakan lapangan kerja di AS.

Hanya saja, Apple justru mengindikasikan relokasi manufaktur produksinya kemungkinan besar dari China ke India dan Vietnam. Sebab, biaya investasi dan produksi, termasuk buruh, di 2 negara tersebut lebih murah dibandingkan di AS.

Jadi, penggemar produk teknologi di Amerika Serikat kini tengah  tersenyum kembali karena bisa mendapatkan kembali produk iPhone dam produk AS lain dengan ‘harga tetap murah’ walaupun tak sepenuhnya bahagia.

Sebab, Pemerintahan Trump akhirnya membebaskan tarif impor untuk produk smartphone, komputer, serta produk elektronik tertentu yang datang dari China. Hal ini dilakukan karena produk merek Apple milik AS pun, termasuk iPhone, diproduksi di China.

“Itu tentu kabar gembira bagi penduduk AS yang menyukai produk teknologi, seperti ponsel pintar atau PC. Jika tidak ada pembebasan tarif impor, harga iPhone yang dibikin di China dan diimpor ke AS bisa naik tiga kali lipat sebagai akibatnya,” ulas platform Android Headlines, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (14/4/2025).

Motif Trump

Baru-baru ini, Trump telah mengumumkan serangkaian tarif impor yang bervariasi untuk beberapa wilayah, termasuk China. Menurut pemerintahan baru di Washington, tindakan ini dilakukan untuk menciptaan lapangan kerja baru dan manufaktur kembali ke daratan Amerika Serikat.

Tarif tersebut juga diberlakukan sebagai upaya untuk mengatasi apa yang dianggap Trump sebagai situasi yang ‘tidak adil’ bagi Amerika Serikat dalam sistem perdagangan global saat ini.

Karena, neraca perdagangan AS telah defisit terhadap banyak negara beberapa tahun terakhir. Dengan kata lain, nilai impornya sudah jauh lebih besar dibandingkan ekspornya ke banyak negara di dunia.

Tarif impor paling ringan pun diterapkan hanya 10% untuk produk dari sebagian besar negara. Namun, yang paling berdampak adalah tarif yang mencapai 145% untuk impor produk dari Tiongkok.

Angka besar baru tersebut muncul sebagai respons Trump terhadap Tiongkok untuk menanggapi Amerika Serikat dengan tarif impor balasan sebesar 84% hingga 125% untuk produk dari Amerika Serikat.

Sebenarya, Trump pertama kali mengumumkan tarif impor hanya 20% untuk produk-produk China. Tetapi kemudian, terjadi saling berbalas perang dagang/penerapan tarif impor hingga terjadi tambahan  125%.

Sementara itu, pada akhirnya, Trump justru menghentikan rencana penerapan tarif impor selama 90 hari untuk banyak negara yang bersedia mencari jalan tengah untuk bernegosiasi. China pun diharapkan masuk ke proses negosiasi.

Bahkan, Trump juga ‘terpaksa’ menghapus tarif impor untuk produk ponsel pintar (smartphone), komputer, serta produk elektronik tertentu yang datang dari China, terutama yang terkait dengan manufaktur AS. (bdm)

Komentar

Iklan