BI dan VIDA Ajak Industri Lawan Penipuan AI

Jakarta, ID – Bank Indonesia (BI) dan PT Indonesia Digital Identity (VIDA), pelopor solusi identitas digital dan transaksi, mengajak para pelaku industri di Tanah Air untuk melawan penipuan berbasis AI, termasuk deepfake, dan pengambilalihan akun (account takeover/ATO).
BI baru saja menyelenggarakan webinar Perlindungan Konsumen SIGUNA untuk menanggapi peningkatan tajam penipuan account takeover di Indonesia.
Webinar dihadiri oleh lebih dari 700 pelaku usaha perbankan regional dan lokal, termasuk perwakilan dari Aftech, ASPI, dan Perbanas. Kegiatan ini diadakan untuk membahas kebutuhan mendesak langkah-langkah pencegahan penipuan yang lebih kuat.
Deputi Direktur Perlindungan Konsumen Bank Indonesia Dedi Noor Cahyanto pun menekankan pentingnya keamanan pelanggan bagi para pelaku usaha keuangan dan perbankan nasional.
“Industri keuangan yang kuat harus selaras dengan langkah pemberdayaan dan edukasi kepada masyarakat, serta selalu update diri dengan perkembangan inovasi di dunia keamanan digital,” ujar Dedi, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (10/3/3024).
Melalui forum webinar tersebut dan di tengah maraknya penggunaan AI, BI berharap pelaku usaha perbankan selalu ter-update dengan jenis ancaman fraud yang dapat menimpa nasabahnya dan solusi yang dapat diimplementasi untuk mencegahnya.
“Kepastian keamanan nasabah tetap jadi prioritas utama yang pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap industri keuangan,” tuturnya.
Founder dan Group CEO VIDA Niki Luhur menambahkan, lanskap digital di Indonesia menghadapi ancaman baru yang mengkhawatirkan, yakni penipuan berbasis AI.
Deepfake, modus penipuan yang menciptakan video dan audio palsu yang meyakinkan, dan ATO, di mana penjahat mencuri identitas online pengguna sudah makin canggih.
“Penipuan berbasis AI bukan lagi ancaman masa depan, tetapi terjadi saat ini. ATO terjadi ketika penjahat mendapatkan informasi login Anda, dan kemudian mereka bertindak seolah-olah mereka adalah Anda,” jelas Niki Luhur.
Sebagai penyedia identitas digital, verifikasi, dan autentikasi terkemuka di Indonesia, VIDA pun memperjuangkan solusi antipenipuan yang dapat mencagah ATO, penipuan deepfake, dan serangan social engineering, untuk memastikan ekosistem digital yang lebih aman bagi semua.
Temuan VIDA
Sementara itu, dari whitepaper terbaru yang bertema Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia, VIDA menemukan fakta-fakta sebagai berikut.
1. 67% konsumen telah mengalami transaksi tidak sah di akun digital mereka.
2. 84% bisnis telah mengalami insiden keamanan karena SMS OTP, termasuk penipuan penggantian kartu seluler (SIM card) dan serangan phishing.
3. 98% bisnis menghadapi tantangan autentikasi, tetapi hanya 9% yang telah mengadopsi langkah-langkah keamanan yang lebih kuat.
Data-data tersebut menegaskan bahwa perlindungan konsumen di era digital tidak bisa dilakukan secara parsial. Ancaman penipuan AI, deepfake, dan ATO menjadi tanggung jawab bersama.
“Dengan bersinergi, industri dapat membangun pertahanan yang kuat dan memastikan keamanan konsumen dalam bertransaksi di ruang digital,” pungkas Niki. (bdm)