Infodigital.co.id

4 Vendor Ponsel China Dirumorkan Kembangkan OS Sendiri

Ilustrasi dominasi OS Android dan ekosistem aplikasi Google Play Store. (Dok Androidsis)

Jakarta, ID – Xiaomi, OPPO, Vivo, dan OnePlus, vendor perangkat pintar mobile asal China, dikabarkan tengah menjajaki peluang untuk mengembangkan sistem operasi (operating system/OS) sendiri, atau tetap Android yang terpisah dari pengembang aslinya, Google.

Selama masa jabatan pertama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J Trump (2027-2021, perusahaan-perusahaan AS dilarang bekerja sama dengan Huawei. Itu sebagai dampak dari dagang  pertama AS dengan China.

Huawei jadi target karena merupakan simbol kemajuan teknologi informasi China. Huawei pun dilarang menggunakan OS Android buatan Google dan secara efektif memutus aksesnya aplikasi ke Google Play Store. Namun, Huawei akhirnya mandiri dan kini punya OS perangkat mobile sendiri, HarmonyOS.

Kini, Trump kembali menjabat periode kedua (2025-2029) dan telah memulai perang dagang lagi dengan Tiongkok. Rumor pun beredar bahwa para pembuat ponsel pintar China tengah mencari rencana cadangan untuk berjaga-jaga tak mengalami nasib sama seperti Huawei, yakni dilarang menggunakan Android dan aplikasi di Play Store.

“Berbicara tentang Huawei, perusahaan itu membangun platformnya sendiri, HarmonyOS. Dan kini, Xiaomi, OPPO, vivo, dan OnePlus bersama Huawei diduga tengah menjajaki pembuatan versi Android tanpa Google,” ungkap satu sumber Xiaomi Time, dikutip InfoDigital.co.id, Sabtu (3/5/2025).

Platform GSMArena pun mengulas, rumor yang beredar menyebutkan bahwa HyperOS 3, sistem operasi antarmuka dari Xiaomi, akan mulai meletakkan dasar untuk langkah yang sama telah dilakukan dan meniru Huawei.

Belum begitu jelas, seberapa besar kolaborasi berbagai merek dari China dalam proyek tersebut, atau seberapa jauh akan ada keterlibatan Huawei yang telah mampu mandiri mengembangkan OS dan aplikasi mandiri terlepas dari Android dan Google.

Contoh Huawei

Karena keberhasilannya, bahkan, Huawei kini menghapus penuh kompatibilitas Android dari platformnya serta punya OS mandiri, yakni HarmonyOS dan memiliki sistem aplikasi sendiri di dalamnya.

Huawei pun kini telah menjadi contoh dari perusahaan teknologi informasi yang mandiri dan bangit dari keterpurukan justru karena kemampuannya berinovasi akibat dampak dari perang dagang AS dengan China perioe pertama Trump.

Kemudian, pertanyaannya, apakah Xiaomi dan perusahaan pembuat smartphone China lain akan melakukan hal yang sama seperti Huawei. Dan, apakah mereka akan bekerja sama dan mengadopsi Ark Compiler, Petal Maps, dan lainnya dari Huawei? Ini masih belum jelas sampai sekarang.

Berdasarkan statistik dan data terbaru kuartal I-2025, Xiaomi menjadi pembuat ponsel terbesar di China, diikuti oleh Huawei, OPPO, dan Vivo. Semuanya menyumbang 2/3 dari ponsel pintar yang dikirimkan/dijual di Tiongkok pada kuartal I tahun ini.

Sementara itu, Huawei telah kehilangan dominasi globalnya, serta Xiaomi, Vivo, dan OPPO berada di top 5 secara global. Huawei terlempar dari lima besar pasar karena dilarang menggunakan Android. Namun, data juga menunjukkan dan diprediksi segera masuk  top 5 secara global.

Jadi, dari pelajaran Huawei, jika vendor mulai menjual ponsel tanpa Android dari Google, akan berdampak besar pada penguasaan pasar dalam jangka pendek.

Karena, orang sulit ‘dipaksa keluar dari kebiasaan’ yang sudah terbiasa memakai Android.  Namun, pada akhirnya, Huawei juga mulai bangkit kembali, baik di pasar dalam negeri maupun global.

HarmonyOS NEXT, OS besutan Huawei, kini mulai mendapat perhatian besar di pasar OS global. Hal ini terjadi seiring penjualan perangkat pintar mobile Huawei yang merangsek ke pasar global, baik melalui ponsel, tablet, dan jam tangan pintar (smartwatch).

Saat ini, menurut Statcounter, OS Android masih tetap menjadi penguasa dan digunakan pada sebagian besar perangkat mobile global sekitar 71,88%, menyusul iOS 27,39%, dan sisanya lain-lain. (dmm)

Komentar

Iklan