Waduh, Rugi Smartfren Membesar Jadi Rp 1 Triliun
Jakarta, ID – PT Smartfren Telecom Tbk, emiten penyedia layanan telekomunikasi (telko) seluler dari Grup Sinar Mas dengan kode saham (FREN), mencatat kerugian berjalan Rp 1 triliun pada 2024 hingga September.
Jumlah kerugian Smartfren tersebut membengkak Rp 408,08 miliar, atau meningkat 68,05% dibandingkan perioe saham tahun 2023 hingga September (year on year/YoY) rugi Rp 599,65 miliar.
Laporan keuangan interim Smartfren itu telah diaudit oleh Kantor Akuntasi Mirawati Sensi Idris. “Laporan keuangan konsolidasian tersebut tidak mengandung informasi/fakta yang tidak benar,” tutur Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys, dalam pengantarnya, dikutip InfoDigital.co.id, dikutip Jumat (15/11/2024).
Lebih jauh lagi, jika melihat laporan keuangan perseroan yang dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia itu, rugi yang membengkak 68,05% disebabkan oleh pendapatan usaha yang turun dan total beban usaha yang membengkak.
Smartfren membukukan pendapatan usaha Rp 8,54 triliun pada 2024 hingga September, turun Rp 86,45 miliar (1%) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya masih Rp 8,62 triliun.
Sementara itu, total beban usaha malah membengkak jadi Rp 8,7 triliun atau bertambah Rp 396,83 miliar (4,77%), di atas pendapatan usaha, dibandingkan setahun yang lalu masih Rp 8,31 triliun.
Dampaknya, Smartfren langsung membukukan rugi usaha berjalan menjadi Rp 164,1 miliar, turun drastis Rp 483,28 miliar (151,41%) dari periode yang sama tahun sebelumnya masih laba usaha Rp 319,18 miliar.
Belum lagi, Smarfren harus menanggung beban lain-lain bersih Rp 779,366 miliar dan pajak, sehingga akhirnya merugi periode berjalan Rp 1 triliun.
Hal yang juga paling memberatkan, perseroan punya beban bunga utang dan keuangan lainnya Rp 974,71 miliar hanya dalam sembilan bulan tahun 2024.
Beban Usaha Berat
Hal yang juga melonjak signifikan dan membebani Smartfren adalah beban usaha, terutama pada beban penyusutan dan amortisasi operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi, serta penjualan dan pemasaran.
Beban penyusutan dan amortisasi operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi Smartfren mencapai Rp 3,81 trilin pada 2024 hingga September dari setahun lalu masih Rp 4,48 triliun.
Selanjutnya, beban penjualan dan pemasaran perseroan membengkak dari setahun lalu masih Rp 2,86 triliun menjadi Rp 3,07 triliun pada 2024 hingga bulan September.
Selain itu, Smartfren harus membayar gaji dan tunjangan ke karyawan Rp 557,76 miliar serta mengeluarkan biaya umum dan adminitrasi untuk operasional perusahaan senilai Rp 146,34 miliar. (bdm)