Sektor Telko Tetap Rawan Serangan Siber Tahun 2026 karena Teknologi Baru
Jakarta, ID – Kaspersky, perusahaan konsultan dan penyedia solusi keamanan siber global asal Rusia, memprediksi sektor telekomunikasi (telko) pada 2026 sama rawannya dengan 2025 dalam serangan siber.
Hal yang cukup mengkhawatirkan justru karena banyak teknologi baru muncul yang membuka peluang jenis serangan siber main bervariasi, selain tren tahun 2025 yang masih berlanjut.
Aktivitas advances persistent threaht (APT), kompromi rantai pasokan, gangguan DDoS, dan penipuan berbasis kartu seluler (SIM card) terus menekan operator tahun 2025 dan masih terjadi tahun depan.
Sementara itu, penerapan teknologi yang lebih baru juga memperkenalkan risiko operasional tambahan yang bisa membuka potensi serangan siber baru.
Hal itu menjadi bab baru dari Buletin Keamanan Kaspersky yang membahas apa yang membentuk keamanan siber telko tahun 2025 dan apa yang kemungkinan berlanjut pada 2026.
“Ancaman yang mendominasi tahun 2025, yakni kampanye APT, serangan rantai pasokan, serangan DDoS, tidak akan hilang. Namun sekarang ancaman tersebut beririsan dengan risiko operasional dari otomatisasi AI, kriptografi siap kuantum, dan integrasi satelit (teknologi baru),” ungkap peneliti keamanan senior di Kaspersky GReAT kata Leonid Bezvershenko, dikutip InfoDigital.co.id, Rabu (24/12/2025).
Operator telko pun disebutnya membutuhkan visibilitas di kedua dimensi, yakni perlu memiliki pertahanan kuat terhadap ancaman siber yang diketahui sambil membangun keamanan ke dalam teknologi baru sejak hari pertama dimanfaatkan.
“Kuncinya adalah intelijen ancaman berkelanjutan yang mencakup dari titik akhir hingga orbit,” tuturnya.
3 Ancaman Siber 2025
Menurut temuan Kaspersky, tahun 2025, operator telko menghadapi 3 kategori ancaman utama. Pertama, penyerangan berkelanjutan yang ditargetkan (advances persistent threaht/APT) terus berfokus pada perolehan akses tersembunyi ke lingkungan operator untuk spionase jangka panjang dan pemanfaatan melalui posisi jaringan yang istimewa.
Kerentanan rantai pasokan juga tetap menjadi titik masuk. Sebab, ekosistem sektor telko sangat bergantung pada banyak vendor, kontraktor, dan platform yang terintegrasi erat.
Hal itu berdampak pada kerentanan dan kelemahan dalam perangkat lunak dan layanan yang banyak digunakan dapat memberikan jalan masuk ke jaringan operator telko.
Ketiga, Distributed Denial of Service (DDoS) tetap menjadi masalah. DDoS merupakan serangan siber yang membanjiri server, situs web, atau jaringan dengan lalu lintas palsu dalam jumlah masif dari banyak sumber (botnet) untuk menghabiskan sumber daya target.
Dampaknya, kinerja perangkat pintar/komputer pun menjadi lambat, tidak responsif, atau bahkan offline, sehingga pengguna sah tidak dapat mengaksesnya, mirip kemacetan lalu lintas di jalan raya.
Sementara itu, antara November 2024 dan Oktober 2025, Kaspersky Security Network juga menemukan, 12,79% pengguna di sektor telko menghadapi ancaman online ketika p;erangkat terhubung internet.
Kedua, 20,76% menghadapi ancaman pada perangkat (on device/offline) atau perangkat terhubung dengan perangkat lain, seperti USB. Selama periode sama, 9,86% organisasi telko di seluruh dunia mengalami ransomware.




