Link Net Rombak Komisaris dan Direksi

Jakarta, ID – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Link Net Tbk, penyelenggara jaringan tetap dan internet serta multimedia berbasis kabel dengan kode saham LINK, Kamis (23/1/2025), menyetujui perombakan jajaran komisaris dan direksi.
Jajaran Komisaris Link Net telah berubah setelah 79,69% dari total pemegang saham yang mewakili 2.709.627.577 saham menerima pengunduran diri Shridhir Sariputta Hansa Wijayasuriya dari jabatan presiden komisaris dan Jonathan Limbong Parapak dari jabatan komisaris independen.
“Selanjutnya, RUPSLB menyetujui pengangkatan Nik Rizal Kamil Nik Ibrahim Kamil sebagai komisaris yang baru dan Willem Lucas Timmermans sebagai komisaris independen yang baru, serta menetapkan Vivek Sood sebagai Presiden Komisaris Link Net hingga Juni 2026,” ungkap Corporate Secretary Link Net Rininta Agustina Widya Pratika, dikutip InfoDigital.co.id, Kamis (30/1/2025).
Setelah RUPLSB tersebut, susunan Dewan Komisaris Link Net pun berubah sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan Juni tahun 2026 sebagai berikut.
Dewan Komisaris Baru Link Net
1. Presiden Komisaris : Vivek Sood
2. Komisaris : Nik Rizal Kamil Nik Ibrahim Kamil
3. Komisaris : Thomas Hundt
4. Komisaris : Dian Siswarini
5. Komisaris Independen : Alexander S Rusli
6. Komisaris Independen : Willem Lucas Timmerman
Saat yang sama, RUPSLB pun menyetujui pengunduran diri Edward Sanusi dari jabatannya selaku direktur efektif sejak 30 Desember 2024. Selanjutnya, Kanishka Gayan Wickrama sebagai presiden direktur dari sebelumnya direktur sampai Juni 2025.
Karena itu, selanjutnya, susunan Dewan Direksi Link Net pun berubah hingga Juni 2025 menjadi sebagai berikut.
Jajaran Direksi Baru Link Net
1. Presiden Direktur : Kanishka Gayan Wickrama
2. Direktur : Yosafat Marhasak Hutagalung.
Tren Saham LINK
Sementara itu, pada perdagangan Jumat (24/1/2025) pekan lalu, saham LINK telah disuspen. Terakhir, pada Kamis (23/1/2025), saham LINK menguat Rp455 (24,52%) ke harga Rp2.310 dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya berada di level Rp1.855 per lembar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut suspensi terhadap saham LINK dilakukan karena adanya kenaikan harga kumulatif signifikan. Ada dugaan terkait sentimen positif niat pemegang saham mayoritas Axiata Bhd yang berniat menjual sahamnya di Link Net.
BEI pun telah bertanya lebih lanjut kepada manajemen Link Net, kenapa saham LINK naik berlebihan. Namun, Rininta menjawab bahwa belum ada informasi lebih lanjut dan belum tahu, apa yang menyebabkan kenaikan saham LINK berlebihan.
“Perseroan tidak mengetahui informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek (saham) perusahaan atau keputusan investasi pemodal dimaksud,” tutur Rininta, menjawab pertanyaan BEI, dalam suratnya.
Sebelumnya, BEI juga telah bertanya untuk menyikapi kabar bahwa Axiata Bhd berniat menjual saham Link Net dengan nilai divestasi US$1 miliar (sekitar Rp16 triliun), seperti diberitakan Deal Street Asia.
Rininta menyampaikan, manajemen tahu ada informasi tersebut, tapi belum tahu kelanjutannya. “Perseroan (Manajemen Link Net) saat ini mengetahui adanya proses penjajakan pemegang saham perseroan (Link Net) untuk mengakses investor potensial,” ungkap Rininta.
Berdasarkan data per 3 Januari 2025, Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd dari Malaysia punya 2.159.290.763 (75,42%) saham Link Net dan sisanya 550.316.196 (19,22%) dimiliki oleh investor lokal. (bdm)