Infodigital.co.id

IESR Dorong Dekarbonisasi Transportasi hingga Daerah

Grab kini mengoperasikan sektar 11 ribu kendaraan listrik. Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong inovasi teknologi, seperti penggunaan kendaraan listrik dan optimalisasi kendaraan umum rendah emisi pun diperlukan untuk menurunkan emisi di sektor transportasi membutuhkan. (IST)

Jakarta, ID – Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong pemerintah pusat dari perkotaan hingga daerah perlu membangun strategi dekarbonisasi transportasi menyeluruh dengan dukungan masyarakat di Tanah Air.

Sementara itu, inovasi teknologi, seperti penggunaan kendaraan listrik dan optimalisasi kendaraan umum rendah emisi pun diperlukan untuk menurunkan emisi di sektor transportasi membutuhkan.

Hal itu diperlukan karena IESR menemukan bahwa sektor transportasi menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar kedua di Indonesia pada 2021.

Kajian IESR dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024 juga menemukan, kendaraan penumpang mengeluarkan 73,1% dari total 150 juta ton setara karbon dioksida yang dikeluarkan dari sektor transportasi.

Karena itu, Generasi Energi Bersih (GEN-B) Jakarta Selatan bekerja sama dengan IESR menginisiasi kegiatan EnergiXplor: Menjelajahi Potensi Dekarbonisasi Transportasi Jakarta.

Ketua GEN-B Jakarta Selatan Gieska Aulia Permana  mengungkapkan, salah satu penyebab tingginya emisi di sektor transportasi karena masifnya pemakaian bahan bakar fosil, seperti bahan bakar minyak (BBM).

Mengutip analisis IESR, konsumsi bahan bakar fosil antara tahun 2015 hingga 2020 cenderung naik mencapai 1,2 juta kilo liter per tahun. Penurunan hanya terjadi pada 2020 akibat pandemi Covid-19.

“Penggunaan kendaraan listrik salah satu upaya menurunkan emisi. Namun, penurunannya akan menjadi lebih signifikan jika sumber dayanya juga berasal dari energi terbarukan, seperti energi surya,” ungkap Gieska, dikutip InfoDigital.co.id, Sabtu (2/11/2024).

3 Strategi

Analis Mobilitas Berkelanjutan IESR Rahmi Puspita Sari mengungkapkan, untuk mendorong upaya dekarbonisasi transportasi, diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Selain itu, adanya mekanisme yang rinci, termasuk alur koordinasi, akan membantu penerapan kebijakan tersebut.

Sementara itu, bagi seluruh pengguna transportasi, Rahmi menyebutkan ada tiga strategi dekarbonisasi yang dapat diterapkan sehari-hari, yaitu Menghindari (Avoid), Beralih (Shift), dan Meningkatkan (Improve).

Avoid berarti menghindari perjalanan yang tidak perlu, dan Shift, melakukan perjalanan dengan moda transportasi rendah emisi, contohnya transportasi umum.

Terakhir, Improve, berarti meningkatkan kualitas kendaraan yang digunakan, contohnya memakai motor listrik.

“Setiap orang bisa berperan dalam mengurangi emisi dengan memilih strategi yang paling cocok dengan kondisi tempat tinggal dan aktivitasnya,” imbuh Rahmi. (dmm)

Komentar

Iklan