Infodigital.co.id

BCA Beberkan Strategi Keamanan dan Layanan Halo BCA

Diskusi keamanan layanan nasabah BCA. (Dok BCA)

Jakarta, ID – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) senantiasa berkomitmen untuk menjaga setiap transaksi keuangan tetap aman untuk menangani hampir 100 juta transaksi per hari dari lebih dari 41 juta nasabah.

Di tengah lanskap digital yang terus berkembang, dibutuhkan keamanan siber yang kokoh dan adaptif. Komitmen ini diwujudkan BCA melalui pendekatan komprehensif yang mencakup tiga aspek utama, yakni people, process, and technology.

Senior Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA David Formula  membeberkan bahwa tren kejahatan siber bertumbuh pesat seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap konektivitas digital, terutama setelah pandemi Covid-19.

Dalam sesi talk show di mini studio BCA Expoversary 2025, David menguraikan empat jenis kejahatan siber yang saat ini mendominasi lanskap keamanan digital.

“Pertama, ransomware yang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan agar data dapat diakses kembali,” ujar Davd, dikutip InfoDigital.co.id, Rabu (26/2/2025).

Kedua, serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang berupaya melumpuhkan sistem dengan membanjiri server dengan lalu lintas berlebih.

Ketiga, social engineering, termasuk phishing, yang menargetkan nasabah dengan modus penipuan untuk mendapatkan informasi pribadi.

“Terakhir, malware yang disebarkan melalui tautan atau aplikasi tidak resmi dan dapat mengambil alih akun nasabah,” ungkap David.

Menjawab tantangan tersebut, BCA menerapkan strategi berbasis people, process, dan technology. Dari sisi people, BCA punya tim ahli yang dedicated memantau sistem selama 24/7 dan menganalisis pola serangan untuk mencegah serta merespons ancaman secara proaktif.

Dari sisi process, BCA mengadopsi standar keamanan ketat yang mengacu pada regulasi nasional, standar internacional seperti ISO dan NIST, serta best practice dari berbagai negara.

Sementara itu, dari sisi technology, BCA mengimplementasikan sistem keamanan canggih, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI).

Kolaborasi da Inovasi

BCA juga mengedepankan sikap kolaboratif, yakni berkontribusi dalam memperkuat ketahanan industri dengan berbagi data terkait pelanggaran keamanan terbaru kepada regulator, termasuk daftar IP berbahaya, guna memperingatkan bank lain terhadap potensi ancaman siber.

Hal itu mencerminkan upaya kolektif yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pihak demi memberantas serangan siber dan menciptakan ekosistem digital yang lebih aman.

Tak hanya itu, BCA juga meningkatkan alokasi anggaran capital expenditure (capex) di bidang teknologi informasi (TI). Pertumbuhan belanja TI BCA sebesar 8% tahun 2025.

Head of Contact Center & Digital Services BCA Adrianus Wagimin, yang bertanggung jawab menangani layanan customer service halo BCA, melihat keselarasan antara pola kejahatan social engineering yang terjadi dalam nasabah dengan tren ancaman.

Untuk menangani hal tersebut, Adrianus menegaskan bahwa BCA secara konsisten mengedepankan edukasi, inovasi, dan kolaborasi.

“Edukasi menjadi aspek krusial dalam mencegah penipuan digital. Kami terus mengimbau nasabah untuk berhati-hati dalam bertransaksi dan tidak membagikan data pribadi, termasuk SMS OTP, kepada pihak mana pun,” ucap Adrianus.

Dari segi inovasi, BCA pun menghadirkan berbagai fitur yang dirancang untuk mencegah modus penipuan, seperti QRIS Customer Presented Mode (CPM) di aplikasi BCA mobile dan myBCA yang membantu menghindari penipuan pembayaran QRIS palsu. (dmm)

Komentar

Iklan