China Pertanyakan AS Musuhi Huawei hingga DeepSeek

Jakarta, ID – Amerika Serikat (AS) dikabarkan berencana untuk memberlakukan larangan untuk DeepSeek, model AI asal China, setelah sebelumnya memberikan sanksi kepada Huawei dan TikTok, yang juga berasal dari China.
Karena kabar tersebut, Perwakilan Tiongkok di PBB sampai angkat bicara mengenai masalah tersebut dan mempertanyakan kepada otoritas asing, termasuk AS, berapa banyak lagi sanksi yang ingin diterapkan terhadap produk teknologi China, termasuk DeepSeek.
Menurut Huaweicetral, Perwakilan tetap Tiongkok untuk PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) Fu Cong telah menghadiri konferensi pers di New York pada hari Selasa (4/2/2025) waktu AS.
Media bertanya, bagaimana dia melihat kecemasan global, terutama Amerika Serikat, yang dipicu oleh peluncuran model AI DeepSeek buatan Tiongkok pada Januari 2025 lalu.
Cong menjawab bahwa DeepSeek AI seharusnya menjadi ‘pelajaran besar bagi seluruh dunia’, khususnya AS. Dia mengingatkan tidak boleh ada yang meremehkan kecemerlangan ilmuwan dan insinyur Tiongkok.
DeepSeek merupakan karya model AI murah dan cemerlang dari Hangzhou DeepSeek Artificial Intelligence Co Ltd, perusahaan startup di China yang didirikan oleh Liang Wenfeng yang juga kini menjadi CEO.
Lebih lanjut Cong mengatakan dan mempertanyakan, berapa banyak sanksi yang diinginkan AS terhadap Tiongkok. Larangan hanya akan merusak hubungan antara perusahaan AS dan Tiongkok, sehingga akan mengganggu pertumbuhan digital global.
“Dari Huawei hingga TikTok, dan sekarang hingga DeepSeek, berapa banyak lagi yang ingin AS terapkan larangan? Kami tidak memerlukan larangan lagi,” ungkap Cong, dikutip InfoDigital.co.id dari Global Times.
Menurut dia, hanya melalui upaya bersama, semua pihak dapat menjembatani kesenjangan digital dan teknologi AI. Hal ini khususnya untuk memastikan bahwa negara-negara Selatan mendapatkan manfaat yang sama dalam pengembangan AI.
Wawancara tersebut muncul ketika AS dikabarkan berencana membatasi model AI DeepSeek R1 dan V3. Kedua model AI LLM ini telah melampaui banyak pesaing produk AI asing di pasar, termasuk ChatGPT (OpenAI) dan Gemini (Google).
Upaya AS
Salah satu politisi AS, Josh Hawley, bahkan, memprakarsai rancangan undang-undang (RUU) yang membatasi perusahaan AS untuk berinvestasi di perusahaan pengembang teknologi AI Tiongkok.
Sementara itu, NASA mengingatkan pembatasan penggunaan DeepSeek AI bagi warga AS karena masalah keamanan dan privasi. Angkatan Laut AS juga memilih hal yang sama dengan ancaman pemecatan bagi prajurit yang nekad menggunakan DeepSeek.
Melihat langkah-langkah tersebut, Pendiri 360 Security Group Zhou Hongyi berpendapat, reaksi berlebihan AS mengisyaratkan ketakutan karena DeepSeek dapat dengan mudah menyaingi kecanggihan model AI asing dan menggoyahkan dominasinya di pasar teknologi global.
“Hal ini sangat kontras dengan perusahaan Amerika seperti OpenAI yang telah beralih ke model sumber tertutup. DeepSeek berpotensi membentuk kembali lanskap industri AI global dan membangun ekosistem AI berdasarkan DeepSeek (karena sistemnya terbuka/open source),” ungkap Zhou.
Bagaimana kelanjutan ‘perang teknologi AI’ antara China dan AS selanjutnya di masa depan, patut untuk dicermati. (bdm)