Indonesia Butuh Akselerasi Internet 5G
Jakarta, ID – Indonesia membutuhkan pengembangan jaringan dan layanan internet berjaringan teknologi generasi kelima (5G) yang lebih masif guna meningkatkan kecepatan internet. Lelang frekuensi khusus yang mendukung layanan 5G (stand alone), yakni 2,6GHz, dan percepatan pengembangan BTS 5G pun perlu dilakukan.
Rata-rata kecepatan intenet seluer Indonesia hanya 41,24 mega byte per second (Mbps) pada akhir Juni 2025. Kecepatan internet ini hanya peringkat ke-9 di Asia Tenggara, kalah dengan Laos, Kamboja, dan Filipina. Indonesia hanya menang dari Myanmar dan Timor Leste.
Di sisi lain, kecepatan internet seluler di lima negara tetangga, Brunei D, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand sudah di atas 100 Mbps. Pencapaian Singapura, Malaysia, dan Thailand karena ditopang jaringan 5G.
Sementara itu, sejak tahun 2020-2021 hingga semester I-2025, jumlah BTS 5G milik Telkomsel dan Indosat baru mencapai 3.344 unit, atau 0,45% dari total 749.636 unit BTS 2G, 3G, 4G, dan 5G. Layanan 5G juga baru menjangkau kota tertentu, dan layanannya masih menggunakan frekuensi eksisting yang juga digunakan untuk layanan internet 4G.
Guna menopang layanan internet, Indonesia saat ini mengandalkan sebanyak 528.411 unit BTS 4G, atau berkontribusi 70,49% dari total BTS yang ada. Jangkauan terhadap populasi pengguna internet pun sudah di atas 90% dan wilayah yang sudah terjangkau internet.
Karena itu, lelang pita frekuensi 2,6 GHz dinilai menjadi salah satu kunci agar jaringan dan layanan 5G di Tanah Air bisa lebih masif dan kecepatan internet terkatrol, sehingga menopang layanan internet 4G. Saat ini, pengembangan layanan 5G oleh operator telekomunikasi masih lambat dan tercepat dilakukan oleh Telkomsel.
Pengamat teknologi informasi dan komunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mohammad Ridwan Effendi berpendapat, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) perlu segera melelang pita frekuensi 2,6 GHz agar jaringan dan layanan 5G di Tanah Air bisa lebih masif lagi.
“Segera lelang frekuensi 2,6 GHz, dan biaya frekuensi perlu murah di awal (sebagai insentif). Permintaan layanan 5G akan terus meningkat jika ekosistem 5G sudah terbentuk,” kata Ridwan kepada InfoDigital.co.id, Minggu (14/9/2025).
Selain itu, pemerintah didorong membuat kebijakan dan regulasi layanan konten di jaringan internet operator seluler, seperti Netflix, Disney, dan lainnya yang adil bagi operator seluler.
Sebab, penyelenggara layanan OTT saat ini hanya memanfaatkan layanan dan kurang memberikan manfaat kepada operator seluler. Sedangkan operator seluler harus menyewa frekuensi dan membayar pajak besar ke pemerintah.
“(Agar layanan 5G berkembang juga perlu) adanya tukar tambah gadget (smartphone) 4G ke 5G yangg murah, atau dengan model bisnis lainnya,” imbuhnya.
Ke depan, operator seluler juga perlu diarahkan menggunakan frekuensi khusus untuk layanan 5G (stand alone). Tidak seperti sekarang, ada operator seluler yang menggunakan frekuensi dengan fungsi ganda, baik untuk layanan 4G sekaligus 5G (non-stand alone).
“Ke depan, layanan 5G diharapkan yangg stand alone, sehingga latency dan byte rate-nya akan meningkat dratis dan cocok model CDN-nya (konten mendekati pelanggan). Layanan broadband juga akan meningkat kualitas layanannya, customer experience meningkat,” tutur Ridwan.
Jumlah BTS 3 Operator Telko
BTS | Telkomsel | Indosat | XLSMART | Jumlah | Kontribusi (%) |
2G | 112.913 | 55.489 | 49.471 | 217.873 | 29,06 |
3G | – | – | 8 | 8 | 0.001 |
4G | 164.984 | 203.086 | 160.341 | 528.411 | 70,49 |
5G | 2.537 | 807 | – | 3.344 | 0,45 |
Total | 280.434 | 259.382 | 209.820 | 749.636 | 100 |
Sumber: Emiten Telko, Semester I-2025
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now