5 Potensi Serangan Siber Ancam Indonesia pada 2025
Daftar isi:
Jakarta, ID – Pada 2025, Indonesia diperkirakan masih akan menjadi sasaran serangan dan menghadapi masalah keamanan siber seperti tahun 2024.
Beberapa yang bisa menjadi ancaman pada tahun ini terkait AI Agentik, penipuan berbasis AI, ransmware, lingkungan cloud, dan perang siber geopolitik.
5 Ancaman Siber Tahun 2025:
1. AI Agentik
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Dr Pratama Persadha menyampaikan, beberapa prakiraan ancaman siber yang perlu menjadi perhatian dan diwaspadai tahun 2025 antara lain AI Agentik yang akan muncul sebagai peluang baru yang menarik bagi semua orang.
AI Agentik menjadi vektor ancaman siber baru yang berpotensi, di mana AI agen yang mampu merencanakan dan bertindak secara independen untuk mencapai tujuan tertentu yang dieksploitasi oleh pelaku ancaman.
“Agen AI ini dapat mengotomatisi serangan siber, pengintaian, dan mengeksploitasi, sehingga meningkatkan kecepatan dan ketepatan serangan,” ungkap Pratama, dikutip InfoDigital.co.id, Rabu (1/1/2025).
2. Penipuan berbasis AI
Selain itu, Agen AI yang jahat dapat beradaptasi secara real-time, menerobos pertahanan tradisional, dan meningkatkan kompleksitas serangan yang dilakukan.
Kemudian, penipuan berbasis AI dan rekayasa sosial akan meningkat, di mana AI akan meningkatkan penipuan seperti penipuan keuangan jangka panjang (pig butcering) dan phishing suara (vishing), sehingga serangan rekayasa sosial semakin sulit dideteksi.
Deepfake canggih yang dihasilkan AI dan suara sintetis juga akan memungkinkan pencurian identitas, penipuan, dan gangguan protokol keamanan.
3. Ransomware
Selain itu, penyebaran malware ke perangkat tertentu untuk mengunci data di dalamnya dan meminta tebusan (ransomware) akan berkembang dengan otomatisasi dan AI.
“Pelakunya/penyerang akan akan makin banyak menggunakan aplikasi dan alat tepercaya untuk menyampaikan kampanye ransomware,” imbuhnya.
Penjahat dunia maya pun akan mempersiapkan kriptografi pascakuantum dengan mengadaptasi kemampuan ransomware untuk ketahanan masa depan.
4. Serangan rantai pasok
Seiring itu, serangan rantai pasokan juga akan makin meningkat di mana penjahat dunia maya akan menargetkan ekosistem sumber terbuka, mengeksploitasi ketergantungan kode untuk mengganggu organisasi.
Sementara itu, lingkungan cloud akan menjadi target utama karena penyerang mengeksploitasi titik lemah dalam rantai pasokan cloud yang kompleks.
Selain itu, peretas akan menargetkan perusahaan pihak ketiga sebagai pintu masuk serangan kepada perusahaan besar yang diincarnya.
5. Perang siber geopolitik
Yang tidak kalah pelik, perang siber geopolitik juga akan makin meningkat karena kampanye spionase oleh aktor Big Four (Rusia, Tiongkok, Iran, Korea Utara) terkait kejahatan dunia maya dan disinformasi akan terus disebarkan selaras dengan kepentingan geopolitik.
“Seiring dengan itu, serangan siber yang didorong oleh agenda ideologis atau politik pun akan meningkat, menargetkan pemerintah, bisnis, dan infrastruktur penting,” tutur Pratama.