Infodigital.co.id

40% Bisnis Hadapi Tantangan Keamanan Siber

Ilustrasi serangan siber. (Dok Pncpa)

Jakarta, ID – Temuan Kaspersky, perusahaan konsultan dan penyedia solusi sekuriti siber global asal Rusia, mengungkap bahwa hampir 40% perusahaan/bisnis/industri di Asia-Pasifik menganggap keamanan siber sebagai tantangan utama dalam digitalisasi teknologi operasional (operational technology/OT).

Beberapa risiko utama dalam digitalisasi lingkungan teknologi operasional di antaranya sumber daya tidak memadai untuk keamanan siber OT, tantangan seputar kepatuhan terhadap kebijakan, dan kompleksitas integrasi IT/OT.

Temuan-temuan dari penelitian Securing OT with Purpose-built Solutions tersebut diungkapkan oleh Kaspersky dan VDC Research di ajang GITEX Asia 2025 di Singapura.

“Meskipun perusahaan di Asia-Pasifik sedikit lebih maju dalam  digitalisasi, survei kami menunjukkan hampir 1 dari 2 perusahaan masih memiliki protokol dan sistem lama yang ketinggalan zaman dan mencoba memecahkan kompleksitas integrasi TI dan OT internal,” ujar Managing Director untuk Asia-Pasifik di Kaspersky Adrian Hia, dikutip InfoDigital.co.id, Jumat (25/4/2025).

Sementara itu, manufaktur terhubung di Kawasan Asia-Pasifik diprediksi membengkak menjadi industri senilai US$80 miliar pada tahun 2029.

Karena itu, sangat penting bagi pelanggan OT untuk bermitra dengan penyedia keamanan siber yang memiliki kecerdasan tentang ancaman terbaru di sektor industri dan produk/layanan yang mampu memberikan pertahanan holistik terhadap serangan kritis.

Apalagi, meskipun tingkat digitalisasi bervariasi, mayoritas (63,6%) organisasi industri di Asia-Pasifik menyatakan niat untuk mencapai tahap ‘sepenuhnya digital’ transformasi dalam 2 tahun ke depan.

Berdasarkan hasil penelitian terbaru tersebut, organisasi OT di Asia-Pasifik sedikit lebih maju dalam hal digitalisasi. Hanya 1 dari 5 (22%) perusahaan industri yang masih dalam proses tradisional atau mulai beradaptasi dengan teknologi digital.

Mayoritas responden sudah menjalankan beberapa teknologi digital yang terhubung (36%), telah memperoleh integrasi digital penuh (33%), dan 9% sisanya telah mencapai kematangan digital.

Tujuan Penelitian

Penelitian Kaspersky tersebut dilakukan untuk menganalisis status terkini keamanan siber OT, memberikan wawasan berharga tentang tren utama bisnis dan hal teknis yang memengaruhi organisasi OT, serta mengidentifikasi praktik terbaik yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan.

Penelitian yang berlangsung di sektor keamanan siber OT itu melibatkan lebih dari 250 pengambil keputusan OT dan teknologi informasi (TI) di berbagai industri, termasuk energi, utilitas, transportasi, logistik, dan manufaktur.

Risiko keamanan siber yang melekat dalam upaya menghubungkan sistem OT dikhawatirkan dapat secara signifikan merusak manfaat transformasi digital jika tak diantisipasi dengan baik.

Dengan semakin banyaknya organisasi beralih ke lingkungan digital yang sepenuhnya terhubung, masalah keamanan siber muncul sebagai faktor yang paling sering berdampak negatif pada penerapan teknologi digital dalam pengaturan OT, yang memengaruhi 39,3% responden. (dmm)

Komentar

Iklan