Bagikan:

Jakarta, ID – VIDA, penyedia solusi pencegahan penipuan identitas digital, mengungkap adanya 4 tipe ancaman/modus operandi penipuan digital dan potensi kerugiannya bagi bisnis dan konsumen yang perlu diwaspadai.

Hal tersebut merupakan bagian dari riset terbaru dari VIDA yang bertajuk ‘Where’s The Fraud: Protecting Indonesian Businesses from AI-Generated Digital Fraud’.

Empat jenis penipuan digital yang paling banyak menyerang bisnis di Indonesia, yakni penipuan berbasis teknologi AI (deepfakes), rekayasa sosial (social engineering), pengambilalihan akun (account takeovers), serta pemalsuan dokumen dan tanda tangan.

Sementara itu, terdapat 4 industri yang paling terpengaruh dari jenis penipuan tersebut secara signifikan, yakni sektor perbankan & fintech, multifinance dan pembiayaan konsumen, asuransi, dan kesehatan.

“56% bisnis telah menghadapi penipuan identitas dan 96% menghadapi pemalsuan dokumen,” tutur Managing Director and Group Chief Revenue Officer VIDA Adrian Anwar di Jakarta, dikutip InfoDigital.co.id, Jumat (13/9/2024).

4 Potensi Penipuan

Lebih lanjut dalam laporan risetnya, VIDA pun memaparkan berbagai potensi kerugian yang dapat  ditimbulkan  dari  4  ancaman  utama  penipuan  digital saat ini sebagai berikut.

1. Penipuan Identitas Digital (Identity Fraud)

Dipicu oleh penipuan digital yang makin canggih dan memanfaatkan teknologi AI dan deepfake, 56% pelaku bisnis di Indonesia telah mengalami penipuan digital. Deepfake merupakan modus penipuan menyaru dengan identitas asli tapi palsu menggunakan AI.

Bentuk penipuan identitas yang canggih ini menimbulkan risiko serius karena merusak kepercayaan dan meningkatkan potensi kehilangan data bagi bisnis, masalah pada hubungan antar-stakeholders, dan hancurnya reputasi.

Ketika penipu semakin canggih, whitepaper menyarankan agar bisnis dapat mengadopsi langkah-langkah pencegahan untuk mengatasi ancaman digital.

2. Rekayasa Sosial (Social Engineering)

Masyarakat di Indonesia seringkali menjadi korban berbagai jenis penipuan rekayasa sosial. Serangan phishing telah menjadi ancaman yang semakin umum dijumpai, dan kasus ini telah menjangkiti 67% pelaku bisnis di Indonesia.

Smishing, ancaman serupa yang dilakukan melalui SMS, telah berdampak pada 51% pelaku bisnis, sedangkan vishing—penipuan melalui suara—telah menargetkan 47% pelaku bisnis.

Angka tersebut menunjukkan urgensi kebutuhan terkait sistem keamanan siber yang aman dan kesadaran masyarakat untuk mengatasi ancaman yang ada disekitar ini.

3. Pengambilalihan Akun (Account Takeovers)

Account takeovers terjadi saat pelaku kejahatan memanfaatkan kata sandi yang lemah dan kurangnya otentikasi multifaktor melalui serangan credential stu½ng dan phishing. Hal itu muncul sebagai isu paling marak, di mana 97% pelaku bisnis melaporkan upaya peretasan akun.

Industri seperti keuangan, fintech, dan e-commerce sangat rentan terserang karena banyaknya informasi berharga yang dimiliki, seperti data pribadi para nasabah.

4. Pemalsuan Dokumen dan Tanda Tangan (Document and Signature Forgery)

Jenis penipuan ini tidak hanya merusak kesahihan dokumen pelanggaran data, namun dapat merusak reputasi perusahaan, mengurangi kepercayaan nasabah, dan menjadi penyebab kerugian finansial terbesar besar. Sebanyak 96% pelaku bisnis pernah mengalami.

Dengan berbagai temuan tersebut dan solusi Identity Stack yang ditawarkan, VIDA berharap pelaku bisnis di Indonesia dapat segera memperkuat pertahanannya terhadap ancaman digital yang terus berkembang.

Laporan riset VIDA juga menegaskan bahwa ada  urgensi bagi entitas bisnis di Indonesia agar segera mengadopsi solusi keamanan digital yang canggih dan terintegrasi untuk melawan ancaman penipuan yang semakin berkembang ini. (bdm)