Tingkat Penjualan Rumah di Sentul 90%

Jakarta, ID – Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dinilai masih sangat potensial untuk bisnis perumahan. Minat hunian yang tinggi di Kawasan Sentul dibuktikan dengan tingkat penjualan hingga 90%.
Hal itu disampaikan oleh Martin Samuel Hutapea, associate director research & consultancy department PT Leads Property Services Indonesia (Leads Property), dalam diskusi dan peluncuran buku ‘I Wayan Madik Kesuma: Anak Bali yang Melanglang di Bisnis Properti’, di Sentul, akhir pekan lalu.
“Di Kawasan Sentul, setidaknya ada sekitar 3.000 unit baru yang diluncurkan sejak pandemi tahun 2020 hingga saat ini dan dengan tingkat penjualan cukup bagus dan tinggi, yaitu berkisar 70-90%,” kata Martin, dikutip InfoDigital.co.id.
Dia menerangkan, uniknya, saat ini, harga-harga hunian tapak tersebut sudah di atas Rp1 miliaran per unit. Bahkan, ada yang mencapai hingga Rp3 miliar.
“Oleh karena itu, selagi masih ada rumah dengan harga sekitar Rp1 miliar di Sentul, maka sekarang merupakan saat yang tepat untuk membeli,” saran Martin.
Sentul disebutnya memiliki beberapa keunggulan sebagai Kawasan hunian yang setidaknya mencakup aksesibilitas langsung ke Jalan Tol Jagorawi, LRT Harjamukti, Aeon Mall, IKEA, rumah sakit, restoran, fasilitas olah raga, rekreasi, sekolah, dan convention hall.
Satu lagi yang cukup signifikan, Kawasan Sentul merupakan area hijau, sehingga berudara segar dan memberikan pengalaman rekreasi bagi keluarga.
“Belum lagi, ada akses tol langsung ke Bandara Sukarno-Hatta lewat Tol Cijago, cukup sejam dari Kota Bogor ke Sukarno-Hatta. Padahal, dahulu butuh berkisar 1,5–2 jam,” ujarnya.
Sementara itu, I Wayan Madik Kesuma, founder sekaligus direktur utama KAS Group, pengembang perumahan Graha Laras Sentul (GLS) mengatakan, Sentul memang masih potensial bagi perumahan.
Bahkan, tren pertumbuhan harganya tak kurang dari 8% per tahun. “GLS sejak dipasarkan pada 2017, saat itu, tipe terkecilnya dijual dengan harga Rp500 jutaan per unit, sekarang sudah Rp800 jutaan,” ujar Wayan.
Saat ini, di GLS untuk Cluster London, harganya Rp1,2 miliar untuk tipe tanah/bangunan 60/60. Lalu, Cluster Munich dibanderel Rp1,7 miliar untuk tipe 69/105.
“Saat ini, klaster terbaru kami, yakni Kopenhagen mendapat respons cukup bagus dari konsumen. Sudah ada lima konsumen yang memesan. Padahal, harganya Rp2 miliaran. Kopenhagen mengusung konsep rumah 3 lantai dengan luas tanah berkisar 91 m2 dan 115 m2,” jelas Wayan.
Dia pun mengaku optimistis, penjualan tahun 2025 cukup potensial seiring adanya insentif dari pemerintah berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
“PPN DTP akan menggerakkan pasar. Daya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah. Apalagi, kami punya persediaan rumah siap huni di dua proyek, yaitu di GLS 50 unit dan di proyek Dramaga, Geriya Selaras sebanyak 90 unit,” pungkas Wayan. (bdm)