Smartfren Bayar Utang Rp 5,49 Triliun dengan Dana Right Issue
Jakarta, ID – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), perusahaan operator/penyelenggara jasa telekomunikasi seluler yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group, mengumumkan pemanfaatan dana hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) V atau right issue.
Sebagian atau senilai Rp 5,49 triliun di antaranya telah digunakan untuk pembayaran utang dari total perolehan dana HMETD Rp 7,07 triliun yang digelar pada April 2024 lalu.
Hal tersebut dilaporkan manajemen Smartfren kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ditembuskan ke Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (13/7/2024).
“Merujuk pada Peraturan POJK No.30/POJK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Laporan Realisasi Dana Hasil Penawaran Umum, bersama ini kami sampaikan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Pelaksanaan HMETD V PT Smartfren Telecom Tbk per tanggal 30 Juni 2024,” ungkap Direktur Smartfren Telecom Antony Susilo.
Dalam laporan yang ditabulasikan, Anthony menyampaikan bahwa nilai realisasi hasil penawaran umum HMETD V dengan tanggal efektif 28 Maret 2024 sekitar Rp 7,07 triliun.
Setelah dikurangi dengan biaya penawaran umum Rp 5,78 miliar, Smartfren pun mendapatkan hasil bersih Rp 7,06 triliun.
Sementara itu, dana tersebut dibelanjakan untuk pembayaran utang Rp 5,49 triliun dan modal kerja Rp 1 triliun. Karena itu, total dana HMETD yang sudah digunakan Rp 6,50 triliun dan masih menyisakan Rp 557,83 miliar.
Sebelumnya, dalam perencanaan prospektus, dana HMEDT V Smartfren akan dialokasikan Rp 5,49 triliun untuk pembayaran utang dan modal kerja Rp 1,57 triliun.
Rincian Pemanfaatan
Anthonya juga merinci bahwa realisasi biaya penawara umum HMETD V yang Rp 5,78 miliar terdiri atas biaya jasa penasehat keuangan Rp 2,64 miliar, jasa kantor akuntan Rp 975 juta, biaya jasa konsultan hukum Rp 743 juta, dan biaya notaris Rp 100 juta.
Ada juga biaya lainnya antara lain untuk biaya pencatatan saham di BEI, biaya pernyataan pendaftaran ke OJK, biaya audit penjatahan, BAE, dan biaya percetakan sekitar Rp 1,33 miliar.
Selanjutnya, dari total pembayaran utang dan bunga pinjaman perseroan (Smartfren) yang senilai Rp 5,49 triliun terdiri atas pembayaran pokok pinjaman Rp 5,25 triliun dan bunga 249,31 miliar.
Sementara itu, belanja modal kerja yang Rp 1 triliun mencakup untuk perseroan sendiri (Smartfren) Rp 134,25 miliar dan untuk entitas anak usaha (Smartel) Rp 869,99 miliar.
Terakhir, sisa dana penawaran HMETD yang Rp 557,83 miliar saat ini disimpan di Bank CIMB Niaga sebagai deposito berjangka dengan jangka waktu jatuh tempo 1 bulan dengan bunga per tahun (rate per annual/rate p.a) 5,2%.
“Bank (CIMB Niaga) dengan emiten (Smartfren) tidak terafiliasi. Sisa dana hasil HMETD V itu ditempatkan sebagai bagian dari deposito berjangka US$ 37 juta atau ekuivalen dengan Rp 606,02 miliar pada kurs tengah BI Rp 16.379 per US$ 1 pada tanggal penempatan, yaitu 28 Juni 2024,” pungkas Anthony.
Pada Jumat (13/7/2024) sore, saham FREN ditutup menguat tipis Rp 1 (3,12%) ditutup pada level harga Rp 33 di Bursa Efek Indonesia. Belum terkonfirmasi, apakah kenaikan sahamnya karena sentiment positif dari pembayaran utangnya tersebut di atas. (bdm)