Sektor Konstruksi Sasaran Utama Ancaman Siber

Jakarta, ID – Sektor konstruksi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah menjadi sasaran utama ancaman kejahatan siber dibandingkan sektor yang lain.
Data Kaspersky terbaru kuartal pertama I-2025 untuk wilayah Asia Tenggara menunjukkan adanya peningkatan persentase objek berbahaya yang diblokir di komputer industrial control systems (ICS) pada sektor konstruksi karena ancaman siber.
ICS komputer sektor konstruksi di Asia Tenggara diblokir mencapai 32,9%, lebih tinggi dibandingkan building automation 30,7%, electric power 27%, biometrics 25,1%, engineering & ICS integration 24,9%, dan manufacturing 23,6%.
Secara keseluruhan, sektor konstruksi kawasan Asia Tenggara menempati peringkat kedua secara global berdasarkan persentase komputer ICS yang diblokir objek berbahayanya, yaitu sebesar 29,1%.
“Konstruksi mendapatkan momentum tambahan melalui digitalisasi, termasuk segala hal mulai dari mempercepat rantai pasokan konstruksi hingga pemantauan kinerja, kemajuan proses, dan logistik,” ujar Managing Director untuk Asia-Pasifik di Kaspersky Adrian Hia, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (7/7/2025).
Seiring perusahaan konstruksi mengadopsi teknologi digital, lanjut dia, ada keseimbangan antara risiko dan peluang, dengan bisnis harus memitigasi ancaman secara komprehensif melalui peluang baru untuk memperkuat lapisan perlindungan dan ketahanannya.
Dia pun mengingatkan, pada 2025 dan seterusnya, perangkat industri digital dapat menjadi target serangan siber karena langkah-langkah keamanan yang sudah ketinggalan zaman.
Fasilitas jarak jauh yang mengandalkan peralatan jaringan yang murah disebutnya sangat rentan terhadap eksploitasi dari kejahatan dan ancaman siber.
“Untuk itu, merevisi langkah-langkah keamanan siber dari teknologi lama dan yang telah teruji waktu menjadi lebih penting dari sebelumnya,” kata Adrian.
Karena itu, penting untuk melihat keamanan siber bukan sebagai biaya, tetapi sebagai investasi dalam kelangsungan bisnis.
Sebab, keamanan siber tidak hanya terkait melindungi aset dan data, tetapi juga menjaga kepercayaan yang telah dibangun dengan kerja keras dengan para pelanggan dan mitra.
“Tiba saatnya bagi industri konstruksi untuk meningkatkan pertahanannya dan mengamankan masa depan digital yang aman dan berkelanjutan,” imbuh Hia.
Potensi Sektor Konstruksi
Sementara itu, industri konstruksi masih menjadi salah satu urat nadi utama kemajuan ekonomi suatu negara.
Untuk Asia Tenggara, industri konstruksi mengalami pertumbuhan yang kuat, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6,2% yang diharapkan pada 2024-2028.
Di Indonesia, industri konstruksi Indonesia pun merupakan salah satu yang terbesar dan tumbuh paling cepat di kawasan ini.
Di Indonesia, khususnya, prakiraan industri menggambarkan gambaran optimistis untuk sektor konstruksi domestik, dengan pasar yang diharapkan mencapai US$ 305,48 miliar pada 2025 dan berpotensi naik menjadi US$438,56 miliar tahun 2030.
Selain itu, penggunaan dan pemanfaatan teknologi digital seperti kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi memberikan peluang yang cukup besar dan membuat kegiatan di sektor konstruksi lebih efisien. Namun, pertumbuhan ini juga disertai dengan risiko siber. (bdm)