Pasar TIK Indonesia Tembus Rp753 Triliun
Jakarta, ID – Mordor Intelligence, lembaga riset dan pemeringkat pasar asal India, menyebut nilai pasar teknologi informasi dan komunikasi/TIK atau information and communications technology (ICT) Indonesia mencapai US$46,57 miliar (Rp753,31 triliun) tahun 2025 ini.
Selanjutnya, nilai pasar TIK Indonesia diproyeksikan mencapai US$75,35 miliar (Rp1.218,85 triliun pada 2030, secara tahunan majemuk (CAGR) tumbuh 10,10% lima tahun ke depan.
Mordor mendifinisikan TIK mengacu pada semua teknologi komunikasi, seperti jaringan nirkabel, internet, komputer, telepon seluler, perangkat lunak, konferensi video, middleware, jejaring sosial, serta aplikasi serta layanan media lainnya.
Pasar TIK Indonesia saat ini dikuasai oleh perusahaan multinasional, yakni IBM, Oracle, (Amerika Serikat), SAP (Jerman), Samsung (Korea Selatan), dan Huawei (China).
“Berdasarkan skala perusahaan, perusahaan besar (enterprise) menguasai 71,8% pangsa pasar TIK Indonesia,” ungkap Mordor Intelligence, dalam risetnya, dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (7/9/2025).
Sementara itu, berdasarkan vertikal industrinya, industri banking, financial services, and insurance (BFSI) berkontribusi terbesar terhadap pendapatan atau menyerap 24,5% produk TIK.
Di sisi lain, berdasarkan segmen teknologinya yang diserap, komputasi awan (cloud computing) berkontribusi terbesar mencapai 39,0% terhadap pangsa pasar TIK di Indonesia.
“Berdasarkan wilayah, Jawa menguasai 63,0% pendapatan tahun 2024. Sedangkan Papua menyajikan prospek pertumbuhan CAGR 16,0%, tercepat hingga tahun 2030,” imbuh Mordor Intelligence.
Indonesia Emas 2045
Menurut Mordor Intelligence, nilai pasar TIK Indonesia terus bertumbuh rata-rata 10% setiap tahun hingga 2030 ditopang oleh ekspansi ekonomi yang berkelanjutan.
Indonesia punya agenda Indonesia Emas 2045 yang ambisius, sehingga mengejar penyelesaian proyek konektivitas penting. Proyek unggula Palapa Ring dan satelit Satria-1 memperluas jangkauan internet ke lebih dari 17.000 pulau.
Karena itu, permintaan TIK berupa perangkat keras (hardware) dan lunak (software) meningkat, dengan kontribusi terbesar perangkat keras tetap menjadi andalan pendapatan.
Semuanya itu dibutuhkan untuk digitalisasi perusahaan dan pemerintahan, percepatan adopsi e-commerce, serta program AI yang berdaulat yang mengalihkan anggaran ke solusi cloud, analitik, dan keamanan siber.
Perusahaan pusat data (data center) hyperscaler internasional dan operator telekomunikasi lokal juga terus menyuntikkan modal miliaran dolar AS ke dalam klaster pusat data.
Sementara itu, permintaan usaha kecil terhadap layanan SaaS yang skalabel meningkat pesat seiring dengan adopsi pembayaran berbasis QR secara nasional.
Pada saat yang sama, volatilitas rupiah, pajak pertambahan nilai (PPN) parsial 12, dan aturan konten lokal yang lebih ketat meningkatkan tekanan biaya bagi vendor yang bergantung pada impor, sehingga memperkuat perlunya penetapan harga yang fleksibel dan strategi manufaktur lokal. (dmm)
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now