Infodigital.co.id

Microsoft Dorong AI untuk Mitigasi Bencana dan Ketahanan Pangan

Tim Riset UGM dan Ester mahasiswi UC Davis manfaatkan AI untuk keberlanjutan bumi. (Dok Microsoft)

Jakarta, ID – Microsoft, raksasa teknologi informasi asal Amerika Serikat, mendorong para inovator untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memitigasi bencana dan mendukung tercapainya ketahanan pangan.

Karena itu, Microsoft, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Republik Indonesia, dan 22 mitra, berupaya membekali 1 juta talenta Indonesia dengan keterampilan AI secara inklusif melalui insiatif elevAIte Indonesia.

Masyarakat pun didorong agar mampu menciptakan solusi AI yang relevan dan aplikatif untuk tantangan yang dihadapi di komunitasnya masing-masing.

“Teknologi AI tidak hanya membuka peluang baru, tetapi juga mengubah cara kita bekerja dan berinovasi. Namun, manfaat AI baru dapat dirasakan sepenuhnya jika masyarakat memiliki keterampilan yang tepat untuk menggunakannya,” ujar AI National Skills Director Microsoft Indonesia Arief Suseno, dikutip InfoDigital.co.id, Rabu (30/4/2025).

Karena itu, melalui elevAIte Indonesia, lanjut dia, Microsoft ingin memastikan bahwa siapa pun, tanpa memandang latar belakangnya, dapat mengakses keterampilan AI untuk mengembangkan solusi berkelanjutan dan menjawab tantangan nyata di komunitas sekitar, mulai dari krisis iklim hingga ketahanan pangan.

Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan dan dampak positif bagi masyarakat, elevAIte Indonesia juga akan mengadakan hackathon nasional yang berfokus pada penyelesaian isu-isu nasional dengan penekanan pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).

Pembuktian 2 Peserta

Sementara itu, di Indonesia, dua peserta program elevAIte Indonesia menunjukkan bagaimana keterampilan AI dapat diterapkan secara langsung untuk mendukung ketahanan iklim dan keberlanjutan.

Pertama, melalui proyek G-Connect yang digagas oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM), daerah Wonogiri, Jawa Tengah, kini memiliki sistem mitigasi bencana berbasis AI yang dibangun bersama komunitas lokal.

Tim UGM yang dipimpin Associate Professor Mardhani Riasetiawan telah memasang lebih dari 30 sensor tanah di titik-titik rawan longsor. Selanjutnya, data pergerakan tanah dikirim melalui jaringan solar-powered ke platform cloud Microsoft Azure.

Kemudian, data divisualisasikan secara sederhana melalui Power BI dan ditampilkan di kantor desa, masjid, poskamling, bahkan hingga sekolah dasar (SD).

Masyarakat, termasuk anak-anak, diajarkan cara membaca pola pergerakan tanah di dashboard tersebut untuk memahami apakah kondisi saat itu aman atau menunjukkan tanda bahaya.

Sementara itu, kedua, Peneliti dan Mahasiswa Studi Magister Hortikultura dan Agronomi UC Davis, Amerika Serikat, Ester Rosdiana Sinaga menggunakan AI sebagai co-pilot untuk troubleshooting error, mempercepat proses analisis, dan membantu membuat visualisasi data ketahanan pangan.

Dalam kesehariannya, ia juga memanfaatkan AI untuk menyusun materi studi ke UC Davis, salah satu universitas terbaik dalam bidang pertanian secara global.

Ester tengah mendalami bidang hortikultura, tanaman pangan dan obat-obatan, serta konservasi spesies tropikal yang di Indonesia justru makin terancam. (bdm)

Komentar

Iklan