Kecepatan Internet Indonesia Makin Tertinggal

Jakarta, ID – Kecepatan internet di Indonesia, baik yang berbasis teknologi seluler (mobile broadband) dan kabel serat optik (fixed broadband), hanya sedikit membaik dan makin tertinggal di antara negara-negara kawasan Asia Tenggara berdasarkan data terbaru Juni 2025.
Kali ini, perbaikan sedikit internet di Tanah Air lebih banyak didorong operator telekomonukasi dan penyelanggara layanan internet (internet service provider/ISP) untuk terus memperluas infrastruktur jaringan.
Data Speedtest Global Index by Ookla yang mencakup laporan dari 154 negara di dunia menyebutkan, kecepatan internet di Tanah Air yang berbasis teknologi menara penguat sinyal seluler (base transceiver station/BTS) 41,24 mega byte per second (Mbps) pada Juni 2025, sedikit membaik 12,44 Mbps dibandingkan 28,80 Mbps pada Desember 2024.
Karena perbaikan yang tipis tersebut, peringkat kecepatan internet seluler Indonesia tetap pada peringkat ke-9 di kawasan Asia Tenggara, hanya melampui negara Kamboja, dan Timur Leste, dan kalah dari Laos.
Negara terbaik dalam kecepatan internet seluler di kawasan ini ditempati oleh Brunei Darussalam mencapai 185,54 Mbps, melampui Singapura dengan kecepatan 159,10 Mbps.
Selanjutnya, kecepatan internet kabel di Tanah Air juga sedikit membaik 3,89 Mbps menjadi 35,96 Mbps pada Juni 2025 dari 32,07 Mbps bulan April 2024.
Secara peringkat di kawasan Asia Tenggara, kecepatan internet kabel di Indonesia tersebut juga masih tetap di posisi kesembilan, hanya lebih baik dari Myanmar dan Timor Leste, tapi masih kalah dari negara Laos.
Sementara itu, peringkat kecepatan internet kabel terbaik di Asia Tenggara dan dunia dari 154 negara yang diukur masih ditempati oleh negara Singapura mencapai 393,15 Mbps pada Juni 2024 dari 330,98 Mbps Desember 2024.
Target 100 Mbps
Melihat kecepatan internet di Indonesia yang masih tertinggal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) pun telah mendorong pembuatan kebijakan agar bisa mencapai target memiliki kecepatan minimal 100 Mbps pada 2029.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), serta korporasi operator telekomunikasi dan penyelanggara jasa internet (internet service provider/ISP) pun mesti berkolaborasi untuk mencapainya.
Berbagai hambatan juga perlu diatasi untuk mencapainya, antara lain masalah anggaran dari pemerintah untuk membangun BTS 4G di sekitar 3 ribuan desa, geografis, dan keamanan, terutama di Papua.
Sementara itu, riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) awal 2024 menyebutkan, penetrasi internet telah menjangkau 215,63 juta (78,19%) penduduk Indonesia.
Sebagian besar (74,34%) masyarakat mengakses internet seluler berbasis base transceiver station (BTS) dan baru 25,66% yang berlangganan internet kabel di rumahnya.
Saat ini, ada tiga operator telko seluler di Tanah Air yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk yang dikelola anak usaha Telkomsel, PT Indosat Tbk (Inbosat Ooredoo Hutchison), serta PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (gabungan PT XL Axiata Tbk dan PT Smartfren Telecom Tbk).
Tiga operator tersebut juga menjadi penyelanggara ISP berbasis kabel, yakni Telkomsel punya IndiHone, Indosat punya layanan Indosat HiFi, XLSMART memiliki layanan XL Satu Fiber.
Selain itu, masih banyak ISP berbasis kabel lain yang tidak terdaftar di BEI, antara lain IConnet (anak usaha PT PLN Persero), MyRepublic (bagian dari Sinar Mas Group), Biznet Home, dan CBN.
Saat ini, layanan seluler di Tanah Air dilayani dengan dukungan tak kurang dari 600 ribu BTS dengan jumlah lebih dari 300 juta pelanggan yang kini banyak berlangganan kuota data.
Sedangkan ISP kabel kini mempunyai lebih sekitar 15 jutaan pelanggan. Sebagai ISP kabel, Telkomsel, melalui IndiHome kini memiliki pelanggan paling banyak sekitar 11 juta. (bdm)