Kecepatan Internet 5G Indonesia Terendah
Jakarta, ID – Indonesia dinilai lambat dalam mengadopsi jaringan dan layanan seluler berbasis teknologi 5G. Bahkan, data menunjukkan pengguna ponsel di Tanah Air baru menggunakan 0,3% jaringan 5G dan peningkatan kecepatan internet 5G terhadap 4G yang terendah di kawasan Asia Tenggara, yakni hanya 2,3 kali lipatnya.
Saat ini, menurut catatan OpenSignal, layanan 5G komersial telah tersedia di delapan negara anggota Asean, yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Tiga lainnya, belum mengadopsinya, yakni Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste.
Dengan peningkatan kecepatan internet 5G terhadap 4G hanya 2,3 kali lipat, Indonesia pun paling rendah dari delapan negara yang telah mengimplementasikan 5G di kawasan Asia Tenggara. Indonesia kalah dari negara Brunei Darussalam, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Sementara itu, di negara-negara yang spektrum pita menengahnya, antara lain 3,5 GHz dan 700 MHz, telah dialokasikan sejak awal secara luas untuk 5G, seperti di Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Filipina, pengguna mengalami peningkatan kecepatan internet signifikan hingga 6 kali lipat dibandingkan 4G.
“Sebaliknya, pasar dengan spektrum terbatas atau peluncurannya masih terfragmentasi, seperti Indonesia, Brunei, dan Laos, hanya memberikan peningkatan yang marjinal 2,3-4 kali lipat, menunjukkan bahwa 5G hanya sekuat kebijakan dan kerangka kerja spektrum yang mendasarinya,” tutur analis OpenSignal Sylwia Kechiche, dengan dukungan data oleh Robert Wyrzykowski, dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (12/10/2025).
Negara Adopsi 5G Moderat
Di sisi lain, Thailand mengalami peningkatan adopsi layanan 5G yang moderat meskipun peluncurannya lebih awal di Asia Tenggara. Thailand jadi salah satu negara Asean pertama yang melelang spektrum 5G pada 2020.
“Namun, data kami hanya menunjukkan peningkatan kecepatan internetnya hanya sebesar 3,9 kali lipat,” tutur Sylwia.
Penundaan jadwal pengadaan untuk spektrum 3,5 GHz yang diperkirakan tersedia antara tahun 2027 dan 2029 dan ketidakpastian mengenai struktur pasar serta persaingan dalam duopoli berisiko memperlambat kemajuan adopsi 5G di Thailand.
Peningkatan 5G di Brunei dibandingkan 4G yang sebesar 3,2 kali lipat juga dinilai menyembunyikan fakta penting. Sebab, kecepatan internet 4G Brunei saat ini yang tertinggi di antara negara-negara yang dianalisis, yaitu 56,5 Mbps, sementara kecepatan 5G rata-ratanya mencapai 181,4 Mbps.
Hal itu khususnya juga penting untuk diketahui mengingat bahawa sebagian besar layanan 5G di negara Brunei telah dilayani melalui pita 700 MHz.
Malaysia Terbaik
Sejauh ini, Malaysia memimpin dengan peningkatan kecepatan internet paling kuat. Dengan peningkatan internet 6,3 kali lipat, Malaysia menunjukkan bagaimana refarming spektrum dan kebijakan terkoordinasi memberikan perubahan besar, setidaknya di masa-masa awal 5G.
Fokus awal Pemerintah Malaysia terhadap 5G, melalui Digital Nasional Berhad (DNB), konsumen seluler Malaysia pun telah merasakan manfaat terbesar 5G setelah U Mobile mendapatkan lisensi sebagai penyedia 5G kedua pada Maret 2025 dan peluncuran jaringan grosir 5G pada Agustus 2025.
“Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (Malaysian Communications and Multimedia Commission/ MCMC) juga sedang memulai tinjauan spektrum besar-besaran untuk mengizinkan penggunaan pita frekuensi IMT, selain 700 MHz dan 3,5 GHz, untuk layanan 5G,” ucap Sylwia.
Selanjutnya, Singapura, Vietnam, dan Filipina melaporkan peningkatan kecepatan internet 5,7–5,8 kali lipat dari 5G, yang menggarisbawahi bahwa di mana spektrum pita menengah tersedia secara luas, pengguna langsung merasakan manfaatnya.
Adopsi Teknologi Baru
Di tengah keterlambatan sebagian negara mengadopsi jaringan 5G dan membangun konektivitas menjelang tahun 2030, kawasan Asean telah menyadari ketersediaan spektrum 5G penting untuk memungkinkan gelombang transformasi digital berikutnya.
Teknologi yang sedang berkembang seperti AI, cloud, dan ekonomi berbasis data/digital akan semakin menuntut konektivitas, terutama 5G. Hanya saja, tanpa ketersediaan spektrum yang memadai guna menopangnya, peluang ini berisiko tidak terwujud secara merata.
Sementara itu, Microsoft telah mengumumkan investasi US$4 miliar untuk pusat data (data center) untuk antisipasi digitalisasi lewat 5G di kawasan Asia Tenggara.
Di sisi lain, Ericsson menekankan bahwa dampak sosial AI di kawasan Asia Tenggara bergantung pada pembangunan infrastruktur cloud dan seluler, termasuk jaringan 5G.
Dengan populasi muda Asean, OpenSignal juga mengingatkan, terdapat dividen demografi yang menunggu untuk dimanfaatkan, asalkan investasi dalam keterampilan, talenta digital, dan infrastruktur inklusif diprioritaskan. (dmm)
Peningkatan Kecepatan Internet 5G vs 4G di Asean
Negara | 3.500 MHz |
Malaysia | 6,3 kali lipat |
Singapura | 5,8 kali lipat |
Vietnam | 5,7 kali lipat |
Filipina | 5,7 kali lipat |
Laos | 4,0 kali lipat |
Thailand | 3,9 kali lipat |
Brunei | 3,2 kali lipat |
Indonesia | 2,3 kali lipat |
Sumber: OpenSignal, 1 Mei-29 Juli 2025
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now