Dampak Produk AI Google ke Ekonomi RI Rp88 Triliun
Jakarta, ID – Google memproyeksikan, produk-produk Google yang berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di Indonesia (RI), antara lain Maps, Search, Android, Gemini, dan NotebookLM telah memperluas akses AI, mendukung bisnis, dan menciptakan dampak ekonomi senilai Rp88 triliun pada 2024.
Sementara itu, Google Cloud Region di Tanah Air juga telah menambah Rp900 triliun nilai ekonomi dari tahun 2020 hingga 2025 dan mendukung rata-rata 92.000 pekerjaan per tahun.
“Google telah berinvestasi dalam AI (di Indonesia) selama lebih dari satu decade,” ungkap Google Indonesia, dikutip InfoDigital.co.id, Sabtu (31/5/2025).
Di sisi lain, berdasarkan laporan terbaru dari Public First dengan tinjauan dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), pengembangan dan peluang dan potensi teknologi AI di Indonesia sangat besar.
“Seiring dengan antusiasme generasi muda yang melek teknologi dalam mengadopsi teknologi AI, hal ini berpotensi mempercepat pembangunan ekonomi,” imbuh Google Indonesia.
Indonesia pun disebut menjadi pengguna AI tertinggi kedua di dunia setelah India, sehingga menunjukkan adopsi masif.
Pada sektor pertanian misalnya, potensi peningkatan produktivitas oleh AI diperkirakan mencapai Rp89 triliun melalui pertanian presisi, deteksi hama, dan penggunaan air yang lebih cerdas.
Untuk memaksimalkan peluang teknologi AI, Indonesia pun perlu terus fokus pada tiga pilar utama, yakni konektivitas, kesiapan tenaga kerja, serta investasi infrastruktur pendukungnya, termasuk pusat (data center).
Konektivitas di desa, terutama di area perdesaan, perlu ditingkatkan karena sekitar 48% desa masih kekurangan menara penguat sinyal (base transceiver station/BTS) yang dibutuhkan untuk meningkatkan akses internet.
Selanjutnya, kesiapan tenaga kerja di Tanah Air juga menjadi sangat krusial, mengingat 90% pekerja menyatakan minat pada pelatihan AI.
Terakhir, dengan 90 pusat data yang dimiliki saat ini dan diperkirakan berlipat ganda dalam lima tahun ke depan, investasi lebih besar dalam pusat data dan energi sangat dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan komputasi (cloud) yang terus meningkat. (dmm)