Akuisisi UMT, Mitratel Perkuat Bisnis Sarana Telko
Jakarta, ID – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), emiten sarana dan jaringan telekomunikasi (telko) berkode saham MTEL, telah mengakuisisi PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (UMT) untuk memperkuat ekosistem bisnis menara telekomunikasi seluler dan meningkatkan penguasaan pangsa pasar bisnis kabel serat optik (fiber to the home/ FTTH).
Hal itu dilakukan Mitratel dengan mengambil alih atas seluruh kepemilikan saham PT Pembangunan Perumahan Infrastruktur (PPIN) dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Pembangunan Perumahan (YKKPP) di UMT sejumlah 42.865 lembar saham pada Senin (2/12/2024).
“Perseroan (Mitratel) telah melakukan pengambilalihan atas seluruh kepemilikan saham PPIN dan YKKPP di UMT sejumlah 42.865 lembar saham. Nilai transaksi Rp 650.000.000.000,” ujar Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko, dalam laporan kepada Bursa Efek Indonesia, dikutip InfoDigital.co.id, Jumat (6/12/2024).
Transaksi akuisisi tersebut pun bersifat afiliasi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap para pihak yang terlibat, yakni di bawah pengendalian Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Sebab, 71,849% saham Mitratel dimiliki oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Sedangkan 52,090% saham Telkom dimiliki oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Di sisi lain, PPIN dan YKKPP secara langsung dikendalikan oleh PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP). Sedangkan PTPP dikendalikan secara langsung oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Dampak dari langkah akuisisi itu telah menambah portofolio 8.101 kilometer (km) kabel fiber serat optik dari UMT, sehingga total jaringan fiber optik Mitratel kini bertambah menjadi sekitar 47.800 km.
Pada akhir September 2024, Mitratel memiliki 39.714 km jaringan kabel fiber optik yang terdiri atas 56% berada di luar pulau Jawa dan 44% berada di pulau Jawa.
“Mitratel akan terus melakukan ekspansi secara selektif bukan hanya di bisnis Menara, namun juga di bidang fiber optik dan jasa penunjang lain,” tutur Teddy, panggilan Theodorus Ardi Hartoko.
Sementara itu, aset kabel fiber optik milik UMT yang diakuisisi tersebar di pulau Sumatra, Jawa dan Bali. Hal ini pun searah dengan upaya ekspansi Mitratel dalam menyongsong era implementasi teknologi 5G serta menyasar pasar daerah pertumbuhan ekonomi baru.
“Penambahan portofolio fiber optik dari UMT akan memperkuat ekosistem bisnis perseroan dalam rangka penguatan kepemimpinan Mitratel di industri (telko),” imbuhnya.
Bisnis Fiber dan Saham
Dalam laporan keuangan 2024 hingga akhir September, Mitratel membukukan pendapatan dari bisnis fiber Rp274 miliar, atau tumbuh 89,5% dari periode sama tahun sebelumnya.
Nilai tersebut berkontribusi 4% dari total pendapatan Mitratel Rp6,81 triliun. Setelah transaksi akuisisi UMT tersebut, kontribusi pendapatan dari bisnis fiber Mitratel pun dipastikan akan meningkat.
“Ke depan, kami akan fokus mengembangkan bisnis fiber dengan program monetisasi aset untuk meningkatkan market share, menyongsong era teknologi 5G, dan memacu penerapan teknologi mutakhir di seluruh lini bisnis,” jelas Teddy.
Sementara itu, pada perdagangan Kamis (5/12/2024), saham MTEL menguat Rp 40 (6,45%) ke level penutupan Rp 660, dengan harga pembukaan Rp 630, serta sempat di posisi terendah Rp 625 dan tertinggi Rp 675. (bdm)