VIDA Ingatkan Maraknya Penipuan Scam Nataru
Jakarta, ID – VIDA, penyedia identitas digital dan solusi pencegahan penipuan terdepan di Indonesia, mengingatkan makin maraknya penipuan online dengan modus scam saat momen libur Natal 2025 dan dan Tahun Baru 2025. Mereka umumnya bertujuan membobol rekening korbannya.
Scam merupakan penipuan, yang umumnya secara daring, dilakukan untuk mengelabui seseorang agar memberikan uang, data pribadi (seperti NIK, PIN, dan password), atau barang berharga lain kepada korban dengan iming-iming palsu atau menciptakan kesan mendesak.
Tindakan scam umumnya dan seringkali dilakukan pelaku (scammer) melalui media digital, seperti e-mail, pesan, atau media sosial dengan janji keuntungan yang tidak realistis dan menggiurkan bagi korban.
Indonesia Anti-Scam Center (IASC) pun mencatat, terdapat sekitar 373.129 laporan penipuan sejak November 2024 hingga 30 November 2025, atau rata-rata 874 laporan setiap hari akibat scam.
Sebanyak 619.394 rekening yang dilaporkan berusaha dibobol scammer karena terkait penipuan scam. Namun, hanya 117.301 rekening yang berhasil diblokir. Artinya, sekitar 502.093 rekening korban berhasil dbobol.
Di sisi lain, menjelang libur Nataru kali ini, masyarakat Indonesia diproyeksikan membelanjakan uangnya Rp120 triliun untuk kebutuhan liburan.
Namun, di balik euforia belanja dan transaksi digital, ancaman penipuan daring pun mengintai dengan kerugian yang mencengangkan, sekitar Rp8,2 triliun hilang dalam setahun terakhir, dengan hanya 4,76% dana korban yang berhasil diselamatkan.
“Identitas digital adalah gerbang utama keamanan finansial kita. Dengan rata-rata 874 laporan penipuan setiap hari, kita tidak bisa lagi mengandalkan metode pengamanan tradisional yang mudah dibobol seperti OTP berbasis SMS,” ujar Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, dikutip InfoDigital.co.id, Kamis (25/12/2025).
Liburan ‘Waktu Panen’ Scammer
Sementara itu, berdasarkan temuan VIDA dan data industri, periode Nataru telah menciptakan kondisi ideal bagi scammer dan sebagai ‘waktu panen’. Berikut alasannya.
1. Kelemahan OTP
Data VIDA menunjukkan 80% pembobolan akun terjadi karena kerentanan kata sandi sekali pakai (one-time password/OTP) berbasis SMS, atau teknik pengiriman tautan (phishing). Teknologi yang diandalkan untuk keamanan justru menjadi celah terbesar.
2. Modus Baru 2025 – AI Deepfake
Penipuan berbasis AI deepfake melonjak 1.550% di Indonesia. Penipu kini menggunakan teknologi AI Voice Cloning untuk meniru suara keluarga, atasan, atau pejabat sebagai modus meminta transfer dana dengan suara yang 99% mirip aslinya.
Skala Kerugian Mengejutkan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencatat tiga modus penipuan terbesar dalam Tindakan scammer sebagai berikut.
1. Fake call/telepon palsu terdapat 39.978 laporan dan kerugian mencapai Rp1,54 triliun
2. Shopping scam terapat 64.933 laporan dengan kerugian Rp1,14 triliun
3. Investment scam bodong terdapat 24.803 laporan dengan kerugian Rp1,40 triliun.
Sementara itu, masyarakat Indonesia rata-rata baru melaporkan penipuan ke lembaga terkait baru setelah 12 jam, jauh lebih lambat dari negara lain yang 15-20 menit setelah kejadian.
Keterlambatan laporan Masyarakat di Tanag Air tersebut membuat hanya 4,76% dana korban yang bisa diselamatkan karena jejak digital dan dana sudah terlanjur berpindah tangan.
Bank Indonesia (BI), OJK, dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sebelumnya pun telah mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap modus penipuan yang menyasar identitas digital pengguna. (bdm)




