Infodigital.co.id

Telkom Kenalkan Solusi StuntingHub

Kegiatan Telkom dan pemerintah daerah mendeteksi stunting. (Dok Telkom)

Jakarta, ID – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk memperkenalkan program dan solusi untuk mendeteksi dan mengatasi perkembangan tubuh pendek pada anak-anak di Indonesia dengan nama StuntingHub.

Seiring dengan itu, Telkom pun secara resmi meluncurkan program penanganan stunting terpadu yang menggabungkan inovasi teknologi digital dan pemberdayaan komunitas lokal.

Program Telkom tersebut dilaksanakan sejak Maret hingga Juni 2025 di empat wilayah prioritas, yakni Pamekasan (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Senaru (Nusa Tenggara Barat).

SGM Social Responsibility Telkom Hery Susanto mengatakan program StuntingHub merupakan bagian dari komitmen Telkom dalam memperluas dampak sosial melalui pemanfaatan digitalisasi untuk menyelesaikan persoalan bangsa.

Telkom juga percaya bahwa digitalisasi di Tanah Air harus mampu menjangkau akar permasalahan sosial, termasuk isu stunting yang sangat krusial.

“Melalui Stuntinghub, kami tidak hanya menghadirkan solusi berbasis teknologi, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku utama perubahan,”ungkap Hery, dikutip InfoDigital.co.id, Minggu (22/6/2025).

Komunitas dan Teknologi

Melalui pendekatan berbasis komunitas dan pemanfaatan teknologi, program Telkom itu bertujuan untuk memberikan solusi konkret dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai 37,9%, tertinggi di tingkat nasional.

Program tersebut diawali dengan training of trainer (ToT) bagi para kader kesehatan local. Mereka dibekali keterampilan digital serta pemahaman komprehensif mengenai isu stunting dan gizi anak.

Salah satu inovasi utama dari inisiatif Telkom adalah penerapan aplikasi Stuntinghub, sebuah platform digital yang dikembangkan oleh Telkom untuk membantu kader dalam melakukan pencatatan, pemantauan, dan pelaporan pertumbuhan anak secara berkala.

Setelah pelatihan, para kader pun akan melaksanakan penyuluhan di berbagai titik layanan masyarakat, seperti puskesmas, balai desa, dan tempat ibadah.

Secara bersamaan, aplikasi Stuntinghub mulai diimplementasikan di lapangan dan dioperasikan secara langsung oleh para kader yang telah terlatih.

Sebagai bagian dari intervensi gizi, program ini juga mencakup pelaksanaan 90 Hari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak-anak dengan status gizi buruk.

Menu makanan yang diberikan dirancang berbasis pangan lokal, seperti nasi jagung, sayur kelor, pepes ikan, dan bubur labu, yang dimasak oleh kader secara mandiri menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan setempat.

Dukungan Daerah

Kegiatan Telkom itu pun mendapatkan dukungan luas dari berbagai pemangku kepentingan daerah.

Di Kabupaten Manggarai Barat, pembukaan program dihadiri oleh Wakil Ketua PKK Ibu Maria Falentina Meli, Kepala Dinas Kesehatan Bapak Adrianus Ojo, Kepala Telkom Labuan Bajo Natris Humris, perwakilan Yayasan Sundelion Rizkiana Putri, serta jajaran Puskesmas Batu Cermin.

Program yang dilaksanakan di Senaru, Pamekasan, dan Makassar juga mendapatkan respons positif dari masyarakat.

Di masing-masing wilayah, kader kesehatan tidak hanya menjalankan pemantauan gizi, namun juga berperan sebagai agen perubahan yang mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

“Kami tinggal di kaki gunung, kadang akses ke puskesmas susah. Dengan program ini, kader sering datang membawa makanan sehat dan memeriksa perkembangan anak saya. Saya juga diajari cara memasak dari bahan yang ada di kebun sendiri,” ujar warga Desa Senaru, NTB Liana Sari. (dmm)

Komentar

Iklan