Pasar Ponsel Jadul RI Tembus Rp4 Triliun

Jakarta, ID – Statista, perusahaan konsultan dan riset pasar global yang berbasis di Amerika Serikat, memproyeksikan, nilai bisnis dari penjualan ponsel fitur/jadul (feature phone) di Indonesia (RI) mencapai US$257,9 juta atau Rp 4,24 triliunan pada 2025 ini.
Ponsel fitur/jadul hanya memiliki fungsi layanan untuk menelepon (voice) dan berkirim pesan pendek (short message service/SMS). Posisinya tak lebih baik dari ponsel pintar (smartphone) yang sudah terhubung dengan internet, selain tetap bisa untuk bekirim SMS dan menelepon.
“Segmen pasar ini (ponsel fitur) diperkirakan tumbuh setiap tahunnya sebesar -5,54% (CAGR 2025-2029),” ungkap Tim Riset Statista, dalam risetnya, dikutip InfoDigital.co.id, Senin (12/5/2025) .
Statista memproyeksikan, total volume pasar ponsel fitur Indonesia mencapai 4,8 juta unit tahun 2029. Namun, pada 2026, pasarnya diperkirakan masih terjadi penurunan volume -5,2%.
Walaupun dalam tren penurunan karena pertumbuhan segmen smartphone, menurut Statista, pasar ponsel fitur di Indonesia masih mampu terus bertahan.
Bahkan, pasarnya diproyeksikan bisa kembali bangkit karena harganya yang terjangkau dan masa pakai baterai yang lama, sehingga menjadikannya pilihan yang disukai banyak konsumen.
Sementara itu, Statista juga memproyeksikan, pada 2025, nilai penjualan pasar ponsel fitur di kawasan Asia Tenggara (Asean) senilai US$589,7 juta (Rp9,71 jutaan). Itu artinya, Indonesia berkontribusi 44,73% terhadap total pasar Asean.
Pasar ponsel fitur Asia Tenggara juga diproyeksikan bertumbuh sebesar -5,67% setiap tahun hingga 2029 (CAGR 2025-2029). Walau masih terus turun, volume pasar ponsel fitur diperkirakan mencapai 11,1 juta unit tahun 2029.
Karena masih banyak yang menggunakan ponsel fitur, operator telekomunikasi seluler di Tanah Air pun masih mempertahankan 157.623 menara penguat sinyal (base transceiver station/BTS) 2G khusus untuk melayani pengguna ponsel fitur hingga 31 Maret 2025.
Dan, ternyata, PT XL Axiata Tbk (kini PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk) dan PT Indosat Tbk atau Indosat Ooredoo Hutchison memiliki BTS 2G terbanyak, masing-masing 54.521 dan 54.366 unit.
Setelah itu, Telkomsel (anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk) menyusul dengan mengoperasikan sebanyak 48.736 BTS 2G.
Tiap Negara Berbeda
VP Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Saki H Bramono mengatakan, tren pengoperasian jaringan 2G bervariasi di setiap negara berbeda-beda.
Di Indonesia, Telkomsel terus memantau dan mengevaluasi kebutuhan jaringan seluler 2G secara terukur, menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, ekosistem teknologi, dan perkembangan industri.
Namun, Telkomsel memutuskan masih mempertahankan BTS 2G untuk melayani segmen dan layanan tertentu (pengguna ponsel fitur) di seluruh wilayah Indonesia.
“Telkomsel mempertahankan jaringan 2G untuk memenuhi kebutuhan layanan dasar telekomunikasi seperti panggilan suara dan SMS, khusus bagi pelanggan yang perangkatnya belum mendukung teknologi Voice over LTE (VoLTE),” ujar Saki.
Saat ini, lokasi BTS 2G Telkomsel tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia, baik perkotaan maupun perdesaan untuk melengkapi gelaran jaringan 4G/LTE yang kini telah mencakup lebih dari 97% wilayah populasi Indonesia. (bdm)